Senin, 22 November 2010

Tafsir Qur'an Dengan Disiplin Ilmu

Oleh : Sandie

Al-Baqoroh 28-32

Tafsir 2a. Komponen Akal dari Dimensi Pengetahuan
Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 28. Alloh adalah Akal dan Tuhan Alloh adalah Hukum Akal. Karena itu Muhammad bertanya kepada manusia penganut kebenaran agama dan politik penolak kebenaran akal: ‘Mengapa kamu penganut agama penyembah mayat untuk menghapus dosa yang memuaskan rasa dan penganut politik melakukan tipudaya kesepakatan yang memuaskan jasad, sehingga jadi kafir dan munafik kepada Akal? Padahal menurut pengetahuan kamu sendiri, tadinya kamu mati, lalu Alloh melalui bangsa akal yang diciptakan sebagai katalisator menghidupkan kamu, membangun jasad kamu, dan memproses perilaku-perbuatan kamu atas pilihan hasrat rasa-jasadmu sendiri.
Karena memakan makanan-minuman dan perbuatan yang merusak jasad, kemudian kamu dimatikan oleh racun-penyakit dari makanan-minuman dan langkah perbuatan kamu sendiri. Tetapi pada seretan kiamat jasad kamu yang mati menumbuk cermin-P, sehingga akal yang jadi roh (katalisator) kamu bersatu lagi dengan jasadmu (Takwir 7), dan jasad kamu dihidupkan-dibangun kembali olehnya. Kemudian pada akhir kiamat kamu akan dikembalikan kepada Hukum Akal (cermin-CPT) sebagai pemutus perkara.
Ayat 29. Melalui bangsa akal sebagai katalisator itulah Dia (Alloh) menciptakan (menjadikan) segala benda-peristiwa yang ada di alam wujud (Bumi) untuk dimanfaatkan oleh kamu makhluk otak tinggi. Dimulai dengan merencanakan (berkehendak) penciptaan ruang (langit) sebagai wadah bagi segala benda-peristiwa pengisinya, dengan menggunakan rumus persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas), berlangsunglah proses evolusi penciptaan 3-dimensi ruang semesta, yaitu 3-dimensi ruang Fana (alif-laam-roo), 3-dimensi ruang Syurga (alif-laam-shood), dan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi (alif-laam-miim).
Dengan demikian dalam penciptaan itu terbentuk tujuh dimensi ruang (langit), yaitu 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar Fana (P1), 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar Syurga (P2), dan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa (P3) seperti rumusan aksioma kedua ruang Haussdorff. Karena rencana penciptaan dilakukan dengan rumus persamaan matematika dan berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung, tentu saja Dia mengetahui segala sesuatu yang diciptakannya.
Ayat 30. Ini adalah peringatan utama bagi manusia (ingat). Peringatan dimulai ketika bangsa malaikat di alam lembut Syurga mengamati kehidupan orang Neanderthal (manusia) di muka Bumi melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity) seperti rumusan sensor langit Roger Penrose. Mereka menyaksikan orang Neanderthal hidup berkelompok-kelompok di tiap benua Bumi membangun kekuasaan diri. Kekuasaan diperebutkan para anggota kelompoknya dengan menghalalkan segala cara, saling jegal-fitnah-bunuh. Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain terjadi peperangan, yang kalah jadi taklukan menyembah dan memberi upeti kepada yang menang.
Dari hasil pengamatan itu diperoleh simpulan. Ternyata Tuhan (Hukum) kamu semua makhluk otak tinggi telah mengamanatkan putusan kepada bangsa malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia sebagai kholifah di muka Bumi (alam Fana)’. Amanat hasil tangkapan bangsa malaikat itu telah memunculkan protes di lingkungan mereka kepada Hukum (Tuhan): ‘Wahai Tuhan kami! Mengapa Engkau hendak menjadikan pemimpin di muka Bumi (alam Fana) itu justru makhluk yang suka membuat kerusakan padanya dan selalu menumpahkan darah? Bukankah menurut watak Engkau, pemimpin itu seharusnya kaum moralis seperti kami yang selalu bertasbih memuji watak pengasih-penyayang Engkau dan menyucikan Engkau dari ketidakadilan, bukan yang berwatak biadab seperti manusia?’.
Tuhan (Hukum) mengilhamkan jawaban: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui yang tersembunyi dibalik kebiadaban manusia itu, tetapi kamu tidak mengetahui. Karena itu jika kamu bangsa malaikat ingin tahu kelebihan yang tersembunyi pada manusia, kamu harus menantang mereka untuk melakukan pertandingan ilmu. Dengan demikian kepemimpinan akan ditentukan oleh keunggulan ilmu, bukan oleh hukum agama dan politik. Bukankah di Syurga ini juga ada bangsa manusia yang disebut Adam dan Hawa?”.
Ayat 31. Karena Adam itu punya otak tinggi, Dia (Hukum Akal = Tuhan Alloh) telah mengajarkan (mengajar melalui alam peragaan) kepada Adam untuk memberi nama-nama seluruh benda yang dilihatnya di alam Syurga. Cara Adam mempelajari alam dan memberi nama-nama benda alam itu dapat disaksikan bangsa malaikat sendiri melalui peragaan gerak-geriknya kepada Hawa yang mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian Hukum mengemukakan permintaan kepada para malaikat dalam bentuk ilham: ‘Sekarang sebutkan kepadaku nama benda-benda yang diceritakan Adam kepada Hawa itu jika kamu memang orang-orang yang bisa menilai dengan benar’.
Ayat 32. Mereka semua bangsa malaikat menggelengkan kepala dan mengemukakan jawaban: ‘Mahasuci engkau dari sifat ketidakadilan. Kami tidak tahu apa yang diceritakan Adam kepada Hawa tentang semua benda yang ditunjuknya, dan disetujui Hawa dengan anggukkan kepalanya. Tidak ada yang kami ketahui tentang pengetahuan Adam itu selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, yaitu gerak-gerak Adam dan Hawa dalam memberi nama-nama seluruh benda. Sesungguhnya engkau mengetahui segala sesuatu dan bijaksana dalam membuat putusan’.

Tanggapan

Ma’mun: “Pertama. Pada surat Alfatihah ada pertanyan terlewat dan tidak ditanyakan anggota kelompok diskusi yang lain. Para ulama agama Islam menyatakan, surat Albaroah atau oleh para ulama agama Islam disebut juga Attaubah, tidak diawali bismillah tanpa memberi alasan ilmunya. Tetapi kalau bismillah itu moral, mestinya setiap surat Qur’an mutlak harus memiliki bismillah. Bagaimana alasan Anda?
Kedua. Pada Albaqoroh dan tafsir 2a (Albaqoroh 29) Anda menyebutkan ledakan besar supernova di awal penciptaan menghasilkan aksioma kedua ruang Haussdorff, yaitu: alam syurga (P2, alif-laam-shood), alam fana (P1, alif-laam-roo), dan alam ruh (P3, alif-laam-miim). Pada tafsir 1a (albaqoroh 01-05) Anda menyatakan, akibat seretan kiamat mengubah alam syurga jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana jadi alif-laam-miim-roo. Artinya, baik alam syurga maupun alam fana sama-sama masuk kembali ke lubang bekas meloncatnya di alam ruh. Bagaimana Anda menjelaskannya?”..

Anda T.S.: Pertama. Pada tafsir 1b (Albaqoroh 10) Anda menyatakan, Tuhan Alloh adalah hukum qisos (hukum pembalasan seimbang), dan para ulama agama Islam menyatakan hukum qisos adalah hukum mati bagi pembunuh. Ketika saya buka Albaqoroh 178 ditemukan kejanggalan, yang jika mengikuti tafsir ulama, hukum akan menjadi kacau. Bukankah tafsir ulama itu sama dengan mengkhayalkan ucapan Adam kepada Hawa melalui gerak-geriknya (Albaqoroh 32)? Padahal bangsa malaikat sendiri tidak berani mengkhayalkan kata-kata Adam. Sebab jika orang merdeka membunuh sahaya atau seorang suami membunuh perempuan, maka yang akan mendapat hukuman bukan pembunuhnya, tetapi sahaya dari orang merdeka dan isteri dari si suami pembunuh. Karena itu saya minta Anda menjelaskan maksud ayat tersebut.
Kedua. Dari penjelasan Anda tentang layar TV di ufuk peristiwa yang terlihat dari ruang lembut syurga (Albaqoroh 30) dan dari ruang lembut fana (Annajm 15), saya menangkap geometri alam semesta adalah ruang bundar dan alamfana adalah ruang lonjong. dilihat dari angka ayatnya: Albaqoroh ayat 30 menunjukkan ruang bundar dan Annajm ayat 15 menunjukkan ruang lonjong. Bagaimana menurut pendapat Anda?”.

Rahmat: “Pertama. Pada tafsir 1c dijelaskan. Ruang bayangan cermin dari Albaqoroh 1-15 bukan hanya Albaqoroh 16-20 (rasa dan akal) tetapi juga Albaqoroh 21-27 (hukum). Bagaimana Anda menjelaskannya?.
Kedua. Dari tafsir 1e saya baru mengerti mengapa misi semua rosul selalu gagal dan mendapat perlawanan dari masyarakat. Sebab semua rosul tampil di lingkungan masyarakat agamis yang para pemimpinnya menganut kebenaran politik (hukum kesepakatan). Dengan berpegang pada rumusan The Theory of Truth, dalam memberi peringatan nampaknya semua rosul menyatakan agamawan-politisi bukan orang-orang beriman meski mulut mereka tidak pernah berhenti menyanjung-puja Alloh, tetapi orang-orang kafir dan munafik, sehingga mereka menggerakkan massa pengikutnya untuk memusuhi rosul. Apa pendapat saya tidak salah?



Jawaban

Sandie: “Jawaban untuk Ma’mun. Pertama. Albaroah artinya kebebasan, menceritakan bahwa Alloh melalui Tuhan Alloh (Hukum Akal atau gaya nuklirkuat) membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya. Kalau ulama mengubah Albaroah jadi Attaubah, itu menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai Alloh membebaskan makhluk menentukan nasib sendiri. Sebab menurut keyakinan mereka, Alloh menentukan segalanya. Padahal landasan Albaroah adalah gaya nuklirkuat. Yang memberi kebebasan makhluk adalah moral pengasih-penyayang Alloh. Karena itu di awal Albaroah mutlak harus dicantumkan bismillaahir rohmaanir rohim. Kalau dinyatakan tidak ada, pasti penyusun pertama Qur’an yang jadi acuan ulama itu kelupaan. Atau bisa jadi juga, penyusunnya (ulama awal) sengaja menghapus untuk menyesatkan keimanan.
Kedua. Gaya nuklirkuat membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri. Bertolak dari ayat yang menyatakan, ketika dua pasukan bertemu, pasukan kafir melihat seolah kekuatan pasukan mu’min itu dua kali lipat jumlahnya. Yang diungkapkan ayat itu adalah proses kiamat. Alam semesta terdiri dari 3-dimensi ruang, yaitu alam ruh (1/3), alam syurga (1/3), dan alam fana (1/3). Pasukan kafir adalah alam fana, sedangkan di alam baka ada dua alam: alam ruh dan alam syurga (= 2/3). Ketika alamfana diseret pada hari kiamat, kekuatan 2-didalam menarik kekuatan 1-diluar. Perlawanan alamfana menyeret pertahanan alam syurga, sehingga dua alam wujud itu masuk kembali ke lubang bekas meloncatnya masing-masing di alam ruh (alif-alaam-miim). Maka alam syurga jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana jadi alif-laam-miim-roo.

Jawaban untuk Anda T.S. Pertama. Kita cantumkan dulu ayatnya: ‘Hai orang-orang beriman! Diwajibkan atasmu qisos berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, sahaya dengan sahaya, dan wanita dengan wanita. Siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah membayar kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik. Demikian itu suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Siapa yang melampaui batas sesudah itu, baginya siksa yang amat pedih’.
Hukum qisos adalah hukum pasangan saling mengekalkan atau hukum pembalasan seimbang. Pembunuhan hanya contoh kasus. Karena saling mengekalkan, hukuman yang diterapkan bukan hukum mati bagi pembunuh, tetapi menyeimbangkan hukuman dengan usia si korban, acuannya usia rata-rata manusia. Misalkan usia rata-rata manusia 100 tahun. Bila yang dibunuh berusia 40 tahun, maka si pembunuh harus dihukum kurungan 100 - 40 = 60 tahun. Karena dikurung (dipenjara) sama dengan lenyap dari peredaran selama sisa usia yang belum dijalani si korban.
Ayat selanjutnya menceritakan keringanan atau pembebasan hukuman sebagai berkah (rohmat) dari Tuhan (Hukum). Kalau si pembunuh ingin mendapat keringanan atau bebas dari hukuman, dia harus minta persetujuan dari keluarga (saudara) si korban. Pemberian maaf harus ditukar dengan membayar ganti nyawa kepada keluarga si korban. Perhitungannya didasarkan pada penghasilan (kalau bekerja) atau pengeluaran si korban. Pengeluaran perhari orang merdeka beda dari sahaya, pengeluaran lelaki beda dari perempuan. Bila pengeluaran perhari si korban Rp. 10.000, jika si pembunuh menyerahkan uang ganti nyawa Rp. 36.500.000,- maka dia mendapat keringanan 10 tahun. Jika ingin bebas dari kurungan, maka si pembunuh harus membayar 365 x 60 x 10.000. Uang ganti nyawa ini harus diberikan kepada keluarga (saudara) si korban.
Kedua. Jawaban Anda memang benar. Sebab pada hal-hal yang prinsip, angka ayat-ayat Qur’an selalu berkaitan dengan landasan ilmunya. Contoh, Alisroo 78 menjelaskan dimensi ruang ke 78 atau alam rasa di langit ke tujuh dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Karena itu Albaqoroh 30 merupakan ruang antipode dari Annajm 15. Dengan demikian, alam fana (15) adalah ruang lonjong yang berpasangan dengan alam syurga, sehingga menjadi ruang bundar (30).

Jawaban untuk Rahmat. Pertama. Semua benda (termasuk jasad manusia) memiliki ruang yang dibangun hukum (cermin C-CP-T-P) ke dalam dimensi-dimensi. Hati adalah ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Tetapi tiga dimensi ruang itu permukaannya dari qoof (cermin-P) hingga kaaf (cermin-C) diisi oleh rasa (daging hati). Dibalik kaaf dalam bentuk ruang kosongnya diisi oleh bangsa akal sebagai katalisator hingga Haa (cermin-T). Sedangkan cermin-CPT (Hukum Akal) adalah yaa sebagai pembalikan dari ruang akal, sehingga berada diluar alam rasa-akal (hati dan ruangnya). Artinya, alam Alloh itu dinding tenaga di balik atau di luar alam makhluk (bangsa akal dan rasa). Karena itu Albaqoroh 21-27 di luar Albaqoroh 17-20.
Ketika makhluk berniat melakukan sesuatu, niat itu menumbuk dinding hati (cermin-P). Bila niatnya dusta-buruk-salah-jahat-takadil, akal memantulkan peringatan agar mengurungkan niat itu. Tetapi bila peringatannya tidak digubris, akal tetap memproses niat tersebut sesuai dengan yang dihasrati rasa-jasad. Bila niat itu sudah tidak mampu menumbuk dinding hati, akal tidak akan memproses, yang menyatakan rasa-jasad itu sudah mati (jasad makhluk itu sudah mati rasa). Selama rasa jasadnya masih mampu menumbuk akal, akalnya akan tetap memproses niat jasad sesuai dengan janji fitrohnya (Alisroo 78). Artinya, anggapan semua agamawan yang menyatakan Alloh menghidupkan dan mematikan adalah tidak benar. Kematian dan nasib akhir makhluk ditentukan oleh pilihan langkah makhluk sendiri.
Rosul Muhammad menyusun Qur’an dalam pola qisos (pasangan saling mengekalkan) antara kholik dan makhluk, antara akal dan rasa, lelaki dan perempuan, bumi dan langit, siang dan malam, dan seterusnya. Semua pasangan itu memiliki sifat berlawanan. Artinya, kalau Alloh pengasih-penyayang-penyantun-pengampun-bijaksana, maka yang peminta-pembenci-pemurka-pengutuk-pengazab adalah pasangannya. Kalau Alloh yang menghidupkan, mustahil akan mematikan lagi yang dihidupkannya. Kalau Alloh menciptakan syurga (alam kebahagiaan), mustahil akan menciptakan neraka (alam penyiksaan). Dengan kata lain, mustahil Alloh akan memiliki segala watak buruk. Sebab sejak awal penciptaan, Alloh telah membuang rasa-jasadnya dan telah menyerahkan kekuasaan atas alam ciptaannya kepada Tuhan (Hukum), sehingga dia tidak ikut campur lagi urusan makhluk.
Kalau pada Yunus 100 dikatakan, Alloh menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak menggunakan akalnya, kemurkaan itu bukan dilakukan Alloh, tetapi ditimpakan dirinya sendiri karena tidak mau menggunakan akal, sehingga daya pikirnya jadi setingkat keledai dungu.
Kedua. Pendapat Anda benar. Contohnya Rosul Muhammad tampil dilingkungan masyarakat agamis Mekah penyembah Ka’bah. Para pemimpin suku-sukunya menganut kebenaran politik. Dalam hadits, Rosul Muhammad dimusuhi masyarakat tanpa alasan yang jelas. Mereka menyatakan ketika Rosul sedang melakukan ritual sholat di Masjid Harom, tubuhnya dilumuri kotoran, tetapi karena khusunya sholat, rosul tidak merasakan. Padahal dengan merumuskan The Theory of Truth di awal Albaqoroh, mustahil Rosul Muhammad akan melakukan ritual menyembah Ka’bah, karena dia sendiri menyatakan penyembahan terhadap ka’bah itu perbuatan kafir menyembah mayat (Albaqoroh 173).
Artinya, kalau Rosul Muhammad dimusuhi semua pemimpin suku di Mekah, alasannya pasti karena dia menyatakan kepercayaan agama menyembah Ka’bah itu bukan beriman tetapi kafir dan penganutan kebenaran politik para pemimpin suku adalah munafik.

Minggu, 14 November 2010

Qur'an Dikupas Secara Ilmiah

Oleh : Sandie

Albaqoroh 21-27

Tafsir 1e. Komponen Hukum dari Dimensi Akal
Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 21. Dari latarbelakang (ayat 01-05), gejala-tampak (ayat 06-10), data ilmu (ayat 11-15), dan simpulan pemimpin (ayat 16-20), diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Wahai manusia yang punya potensi otak paling tinggi! Mengabdi kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang (generasi) sebelum kamu sebagaimana janji fitroh kamu sendiri (Alfatihah 4-5). Karena alam peragaan yang jadi kitab Alloh itu penuh kejanggalan untuk petunjuk jalan lurus, maka kamu harus memanfaatkan potensi otak tinggimu membuka segala rahasia alam dan hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam itu, agar kamu jadi makhluk takwa (patuh kepada Akal dan kepada Hukum Akal yang dibangunnya).
Ayat 22. Alloh itu Akal dan Tuhan Alloh sebagai Hukum Moral (Alfatihah) adalah Hukum Akal. Baik Akal maupun Hukum Akal tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Karena itu Dia menciptakan ruang (langit) dan segala benda (bumi) pengisinya dengan ilmu yang berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi benda-peristiwa dan dari sebab ke akibat. Proses evolusi memberi alasan-alasan mengapa sesuatu terjadi, bagaimana terjadinya, siapa penciptanya, dari bahan apa dibuatnya, apa unsur-unsur perusaknya, dan bagaimana nasib akhirnya. Dengan demikian, bila proses evolusinya dijejaki mundur ke belakang dan maju ke depan, seluruh penciptaan akan bisa dijelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu yang benar.
Melalui proses evolusi itu Tuhan Alloh (Hukum Akal) menjadikan Bumi dan planet-planet lainnya sebagai hamparan tempat tinggal bagi kamu manusia, dan ruang angkasanya berupa langit sebagai atap. Dan melalui penguapan air laut, Tuhan Alloh membentuk awan-awan yang berarak ke daratan karena ditiup angin, dan menurunkan hujan dari awan yang berarak di langit itu. Lalu melalui hujan itu tumbuh berbagai jenis tanaman dan buah-buahan sebagai rizki bagimu. Karena itu jangan kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Alloh, padahal kamu mengetahui Alloh itu Akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal.
Ayat 23. Dan kalau kamu para penganut kebenaran pragmatis agama dan kebenaran konsistensi politik merasa ragu-ragu (dalam keraguan) tentang kebenaran isi Taurot-Zabur-Injil-Qur’an sebagai buku petunjuk ilmu dan hukum Alloh yang kami turunkan kepada hamba (pengabdi) kami para rosul, buat satu surat yang semisal ayat-ayat petunjuknya itu yang mengandung alasan-alasan ilmu, dan ajak penolong-penolong kamu para penyair dan tukang sihir yang bukan penganut kebenaran Akal (Alloh), kalau kamu memang orang-orang yang benar.
Ayat 24. Kalau kamu tidak dapat membuat surat petunjuk ilmu itu, dan kami hukum-hukum ruang dapat memastikan, kamu para penganut kebenaran agama-politik yang tidak pernah melakukan penelitian terhadap alam dan kebenaran hukum-hukum anutanmu, tidak akan mampu membuatnya. Karena itu pelihara dirimu dari perbuatan dusta-salah-buruk-jahat-takadil dalam hidupmu agar kami hukum–hukum ruang tidak melontarkan kamu ke dalam neraka di hari berbangkit, yang suluhnya manusia-jin-setan (makhluk otak tinggi) penolak akal dan segala benda mati termasuk benda sembahan. Sebab neraka hasil evolusi alam fana pembangkang itu disediakan untuk tempat pulang para pembangkang (orang kafir).
Ayat 25. Lalu sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman (penganut kebenaran akal) dan dalam hidupnya selalu berbuat baik. Bahwa bagi mereka di hari berbangkit disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan (pengetahuan teknologi penciptaan berupa alam peragaan dan benda-benda langit pengisinya) dalam syurga itu mereka mengatakan: ‘Alam peragaan berupa teknologi penciptaan ini adalah rizki akal pemberian Akal, sama seperti yang kita terima dahulu di kehidupan Fana’. Dan mereka diberi panorama alam Syurga yang indah dan buah-buahan (benda-benda langit) yang serupa. Selain itu di alam Syurga (di dalamnya) ada jodoh (pasangan-pasangan hidup) yang suci dari nafsu syahwat-angkara untuk mereka, dan mereka semua hidup kekal di alam Syurga itu, karena tidak memuaskan nafsu syahwat-angkaranya.
Ayat 26. Sesungguhnya Alloh tidak malu membuat perumpamaan penciptaan pada ukuran kecil berupa nyamuk bahkan yang lebih kecil dari nyamuk itu. Sebab penciptaan alam ini berlaku homogen-isotrop (serbasama-serbaserupa) mulai dari ukuran terbesar (alam ruh-syurga-fana) hingga alam atom (netron-proton-elektron) yang terkecil bahkan alam zarah gaung quark (rasa) sebagai bahan, semuanya diciptakan dalam persamaan gelombang nisbi (relativistic wave equation) kaaf-Haa-yaa-ain-shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas), dan membangun segala sesuatu dalam pasangan akhir alif-laam-miim (negatif-nol-positif). Adapun orang-orang beriman (para penganut kebenaran akal), mereka yakin perumpamaan penciptaan itu memang benar dari Tuhan (Hukum) mereka.
Tetapi mereka (para penganut agama-politik) yang kafir-munafik kepada Akal mengatakan: ‘Bagaimana mungkin (apa maksud) Alloh menjadikan nyamuk dan makhluk yang lebih kecil dari nyamuk ini sebagai perumpamaan bagi penciptaan?’. Sebab sesungguhnya dengan bahasa matematis penciptaan sebagai perumpamaan itu banyak orang (makhluk otak tinggi) yang disesatkan dalam keimanannya, dan dengan memakai bahasa matematis penciptaan sebagai perumpamaan itu banyak pula orang (penganut kebenaran akal) yang diberinya petunjuk jalan lurus. Karena manusia makhluk otak tinggi, kalau memegang kebenaran akal, tidak mungkin ada yang akan disesatkan Alloh (Akal). Sebab akal itu tali penghubung dirinya dengan Alloh, kecuali orang-orang fasik (yang menolak kebenaran akal).
Ayat 27. Orang-orang fasik adalah mereka yang melanggar perjanjian Alloh (Akal) sesudah perjanjian itu teguh diucapkan dalam janjinya di alam fitroh (bacaan subuh = Alfatihah 4-5, Alisro 78). Karena Alloh itu Akal, berarti para penganut kebenaran akal memegang tali penghubung dirinya dengan Alloh, sehingga penganut kebenaran agama-politik yang menolak kebenaran akal berarti memutuskan tali itu yang diperintahkan Alloh untuk menghubungkannya. Karena Akal itu moral, maka dengan menolak akal berarti mereka menolak moral, sehingga dalam perjalanan hidupnya mereka menghalalkan cara dengan perilaku dusta-salah-buruk-jahat-takadil, yang pasti akan selalu membuat kerusakan di muka Bumi dan saling berbunuhan (Baqoroh 30). Mereka para penganut agama-politik penolak kebenaran akal itulah orang-orang yang rugi menurut pandangan (di sisi) Alloh.


Tanggapan Mahmud, Cimenyan, Kab. Bandung, Jawa Barat.

Mahmud: “Saya juga pembaca setia surat Anda ke DPR, dan saya terkejut karena pada tafsir 1c Anda mengungkapkan ayat 01-15 adalah rumusan The Theory of Truth. Ayat 01-05 penganut kebenaran akal (korespondensi) yang takwa-beriman, ayat 06-10 penganut kebenaran agama (pragmatis) yang kafir, dan ayat 11-15 penganut kebenaran politik (konsistensi) yang munafik. Artinya, sejak 14 abad silam Rosul Muhammad sudah merumuskan tiga jenis kebenaran yang dianut manusia. Ketika direnungkan, petunjuk awal Qur’an itu memang paling utama. Sebab segala peristiwa kehidupan manusia di Bumi tidak bisa lepas dari perilaku-perbuatan penganut 3-jenis kebenaran itu. Yang lebih mengejutkan lagi, menurut rumusan Rosul Muhammad ternyata penganut agama orang kafir dan penganut politik orang munafik, sehingga mustahil dia akan menganut agama-politik Islam. Dari sini jelas sekali, arti ummi bukan bodoh, tetapi tidak menganut kebenaran agama-politik.
Pada jawaban akhir tafsir 1c Anda menyatakan bahwa Alfatihah 1-7 dan Albaqoroh 01-15 itu adalah rumus penciptaan dari persamaan gelombang nisbi (relativistic wafe equation) Paul Dirac x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas, sebagai rumus penciptaan semesta alam: Peralihan 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut (Arofah-Muzdalifah-Mina) menghasilkan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa (tawaf-sa’i-mina) yang dirumuskan Rosul Muhammad dalam upacara haji dengan persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood, dan dikemukakan pula pada ayat 26. Rumus persamaan kaaf-Haa-yaa-ain-shood itu saya temukan pada Surat Maryam 1 seperti dikatakan penanggap tafsir 1d. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan.
Pertama. Karena Rosul Muhammad bukan penganut agama-politik Islam, apa ada ayat penguatnya?
Kedua. 1) saya minta tafsir yang menceritakan Siti Maryam menciptakan Almasih Isa; 2) pada jawaban akhir di 1d Anda menyatakan Maryam adalah rosul, apa ada ayat Qur’an yang menguatkannya?.
Ketiga. Pada ayat 25 Anda menafsirkan rizki buah-buahan sebagai pengetahuan teknologi penciptaan berupa alam peragaan dan benda-benda langit pengisinya. Apa alasannya?.
Keempat. Pada ayat 26 Anda menafsirkan semesta alam yang diciptakan Alloh hanya alam ruh, alam syurga, dan alam fana, dan itu berlaku homogen-isotrop (serbasama-serbaserupa) hingga zarah atom yang terkecil. Pertanyaannya:
1) bagaimana Anda menjelaskan pertanyaan orang-orang kafir sehingga mereka jadi sesat jalan?;
2) karena yang diciptakan Alloh hanya 3-alam (Ruh-Syurga-Fana), lalu di mana adanya Neraka?;
3) bukankah kata para ulama Islam, ketika isro-miroj Nabi Muhammad melihat Syurga dan menyaksikan orang-orang yang sedang disiksa dalam Neraka?.

Jawaban

Sandie: “Pertama. Qur’an adalah buku petunjuk kosmologi rumusan Rosul Muhammad. Dengan merumuskan The Theory of Truth (teori tentang kebenaran), tentu saja mustahil Rosul Muhammad akan menganut agama yang kafir dan politik yang munafik. Ayat penguatnya adalah definisi keimanan (Baqoroh 62) dan definisi kekafiran (Baqoroh 173) yang dirumuskan Rosul Muhammad sendiri.
Baqoroh 62 menyatakan, penganut agama yang menyebut diri mu’min, yahudi, nasrani, dan penganut politik (shobiin = kaum liberal) bukan batasan keimanan. Karena yang beriman itu penganut kebenaran akal, penegak hukum akal, dan yang selalu berbuat bajik. Baqoroh 173 menyatakan, Alloh mengkafirkan (mengharamkan) penyembahan mayat (jasad-benda-patung-ka’bah), memeras-menumpahkan darah (menindas-mengusir-menganiaya-membunuh, memuaskan nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad (makan daging babi), dan menganut hukum agama-politik yang tidak ditetapkan Alloh..
Kedua. Jawaban 1. Pada Ali Imron 59 Rosul Muhammad menyatakan: ‘Sesungguhnya misal penciptaan Isa oleh Maryam menurut hukum (di sisi) Alloh seperti penciptaan Adam (dan Hawa). Alloh menciptakan Adam dan Hawa dari tanah (bahan). Kemudian Alloh berkata: ‘Jadi’, maka berlangsunglah proses evolusi penciptaan Adam dan Hawa dalam perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi’.
Artinya, Maryam itu bukan anak perempuan manusia yang diperisteri Alloh dan melahirkan Nabi Isa seperti kepercayaan agama Nasrani (sebab isteri = pasangan Alloh adalah alam semesta), tetapi Nabi Isa itu almasih (manusia buatan) Maryam sendiri. Kisah Maryam menciptakan Nabi Isa diceritakan dalam Surat Maryam 16-22. Cara Rosul Maryam menciptakan Nabi Isa sama seperti cara Alloh menciptakan segala sesuatu termasuk Adam-Hawa dengan menggunakan rumus kaaf-Haa-yaa-ain-shood. Kalau Alloh menumbukkan zathidup pembawa isterinya (tenaga-tambahan = quark-tampan dan quark-cantik) kepada bahan, maka Maryam menumbukkan bahan (DNA dirinya) kepada quark-tampan bawaan zathidup. Agar jelas, saya cantumkan saja tafsir permukaannya.
“Maryam meninggalkan alam manusia (keluarganya), menembus dimensi-dimensi ruangwaktu kasar-halus-lembut (cermin-C-CP-T) hingga ke ufuknya (suatu tempat) di alam awal penciptaan (sebelah timur = awal hari = cermin-P)(Maryam 16).
Dengan menembus dimensi-dimensi ruangwaktu itu, Maryam telah mengadakan tabir penutup diri dan lenyap dari alam manusia (keluarganya). Lalu dia menumbuk cermin-P pembatas alam ruh seperti dilakukan Ibrohim dan Musa (Al-Baqoroh 60), memunculkan 12 lompatan bundel quark bersuku-suku (berkelompok-kelompok jenis makhluk) berisi zathidup (roh) utusan Hukum (kami). Quark-quark itu berbentuk hologram. Satu diantaranya adalah quark-tampan. Ketika Maryam menepuk bundel quark tampan itu, terjadi zoom, dan bundel tersebut membesar menjelma dalam ujud manusia tampan sempurna (Maryam 17).
Maryam terpesona oleh hologram lelaki itu. Maka dia melakukan dialog imajiner dengan hologram tersebut: ‘Wahai hologram, sesungguhnya kamu telah mempesona hatiku. Maka aku berlindung pada Hukum (Tuhan) yang mahasuci dari kekotoran rasa (nafsu). Jika patuh pada Hukum, kamu jangan menggodaku. Sebab aku datang ke sini bukan untuk berzina, tetapi akan melakukan percobaan ilmu menciptakan anak lelaki setampan kamu (Maryam 18).
Hologram mengilhamkan jawaban: ‘Sesungguhnya aku hanya satu dari demikian banyak hologram utusan Hukummu (Tuhanmu) sebagaimana kamu lihat sendiri. Melalui aku, Tuhanmu yang pengasih dapat memberimu anak lelaki yang suci setampan aku’ (Maryam 19).
Maryam bertanya: ‘Bagaimana caranya aku akan memperoleh anak? Padahal tidak seorang pun lelaki bangsa manusia pernah menyentuh tubuhku. Sedangkan kamu hanya hologram, dan aku bukan seorang pezina’ (Maryam 20).
Hologram memberi ilham: ‘Bukankah kamu telah mempelajari percobaan Ibrohim menghidupkan 4-burung yang dibawanya dari alam kasar ke sini? (Baqoroh 259-260). Kalau Ibrohim melakukannya dengan menumbukkan DNA (bahan) burung pada cermin-P (Baqoroh 73), maka kamu pun cukup memukulkan DNA-mu padaku. Begitulah caranya. Selanjutnya roh suciku yang akan memprosesnya dan Tuhanmu (Hukum Akal) akan mengevolusikan hingga jadi janin. Kemudian terserah kamu, apa yang akan kamu lakukan pada janin itu’. (Maryam 2l).
Mengikuti ilham akalnya, Maryam pun mencabut 3-helai rambutnya, lalu ditumbukkan pada hologram lelaki tampan di qoof (cermin-P) itu. Maka berlangsunglah proses evolusi penciptaan mahacepat dari kaaf ke Haa dan menumbuk yaa. Sekejap kemudian bundelnya meloncat keluar dari cermin-P dalam ujud tampak. Mengikuti petunjuk Ibrohim, Maryam menangkap bundel itu dan dibawa ke cermin-T di ‘ain untuk mempercepat prosesnya. Setelah keluar dari cermin-T, Maryam membawanya lagi ke cermin-CP di dood. Di situ dia melakukan rekayasa genetika pada hati dan otak janin. Setelah beres, janin itu dimasukkan ke dalam kandungannya sendiri di shood sebagai bayi tabung. Dia keluar dari cermin-C di roo’, kembali ke alam kasar yang jauh dari lingkungan masyarakat, di sebuah oase sepi untuk menunggu kelahiran bayinya (Maryam 22).
Ali Imron 62. Begitulah cara Maryam melakukan percobaan ilmu menciptakan anaknya sendiri, almasih (manusia buatan) Isa. Sesungguhnya yang diceritakan Qur’an ini adalah kisah yang sebenarnya. Sebab hanya akal yang dapat menciptakan segala sesuatu dengan ilmu. Dan tidak ada Hukum (Tuhan) lain yang mengevolusikan segala sesuatu dari bahan hingga jadi benda teknologi dan dari sebab ke akibat dalam perubahan bentuk mengurut sinambung kecuali Hukum Akal (Tuhan Alloh), sehingga semuanya dapat dijelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu yang benar.
Ali Imron 63. Isa itu almasih (manusia buatan) ciptaan Maryam (ibunya) sendiri, yang caranya tidak berbeda dengan cara Alloh menciptakan Adam dan Hawa (Ali Imron 59). Bedanya, kalau Alloh menumbukkan tenaga-tambahan (quark-tampan dan quark-cantik) kepada bahan, maka Maryam menumbukkan bahan (DNA-nya) kepada tenaga-tambahan. Sedang kecerdasannya yang jenius dan moralnya yang pengasih-penyayang dibentuk oleh Maryam sendiri dengan melakukan rekayasa genetika pada otak dan hati Isa di alam halus ketika masih janin. Hasilnya, Isa jadi nabi sejak bayi karena menemukan dan memahami bahasa ibunya, sehingga dapat bicara sejak lahir (Maryam 30).
Karena alasan itu, Muhammad mengajak penganut agama Nasrani untuk hijrah kepercayaan. Kalau selama ini mempercayai Maryam sebagai anak perempuan manusia yang terpilih jadi isteri Alloh hingga melahirkan Isa sebagai anak Tuhan, buang kepercayaan mitos itu. Sebab Alloh itu Akal, dan Akal adalah Moral Pengasih-Penyayang tanpa wujud, sehingga tidak layak bagi Alloh mempunyai isteri dan anak dari manusia, mengingat isteri (pasangan) Alloh adalah alam semesta (Maryam 35).
Jika kemudian mereka menolak hijrah kepercayaan (berpaling), dengan sendirinya mereka termasuk golongan kafir. Kepercayaan itu sama dengan agama Islam yang menganggap ritual penyembahan sebagai jalan menghapus dosa dan jaminan masuk Syurga, sehingga membuka peluang besar kepada penganutnya untuk melakukan perbuatan dusta-salah-buruk-jahat-takadil. Sebab sesungguhnya Alloh mengetahui, dampak dari ritual penyembahan sebagai jalan mengampuni-menghapus dosa, membuat moral jadi tidak berguna samasekali, sehingga akan membawa orang melakukan berbagai kerusakan dan berbunuhan di muka Bumi (Baqoroh 30)”.
Dari tafsir itu jelas sekali, Maryam adalah seorang rosul karena mampu menembus dimensi-dimensi ruang kasar-halus-lembut hingga ke ufuknya seperti rosul lain. Bahkan dia rosul terunggul dari 5 rosul unggulan yang dalam Qur’an oleh Rosul Muhammad namanya diabadikan pada surat-surat khusus: Hud, Yunus, Yusuf, Ibrohim, Maryam, karena Maryam mampu menciptakan manusia sungguhan yang jenius.
Jawaban 2.1. Rosul adalah orang yang tuntas penelitiannya dalam mencari Pencipta. Mereka menembus dimensi-dimensi ruang kasar-halus-lembut hingga ke ufuknya. Dari cerita Maryam 16-22 jelas sekali. Untuk melakukan percobaan menciptakan Almasih Isa, Maryam menembus dimensi-dimensi ruang hingga ke ufuk peritiwa itu yang berfungsi sebagai layar komputer mahacanggih, sehingga dia juga seorang rosul. Karena jabatan rosul diberikan bangsa malaikat atas nama Tuhan (Hukum) kepada yang mampu menembus cermin-T (hukum pembalikan waktu = batas alam malaikat).
Jawaban 2.2. Qur’an disusun dalam bahasa puisi yang mematuhi kaidah bahasa-sastera (nahwu-shorof) dan alasan-alasan diturunkannya ayat (intrinsik ayat = asbabun nuzul ayat). Menurut kaidah bahasa-sastera, bila si Dadap sarjana hukum ingin menuliskan namanya sebagai anak si Waru, maka bukan ditulis Dadap bin Waru SH, tetapi harus ditulis Dadap SH bin Waru. Kalau Isa seorang rosul ingin menyertakan nama Maryam ibunya, maka tulisannya harus Isa Rosul Alloh putera Maryam. Karena itu bila pada An-Nisaa 157 dikatakan Isa putera Maryam Rosul Alloh, maka yang rosulnya bukan Isa tetapi Maryam.
Ketiga. Bangsa malaikat dan bangsa setan hidup kekal sepanjang alam Fana berlangsung karena mereka tidak pernah makan-minum yang merusak jasad. Artinya, kalau di alam malaikat saja yang ruangnya berpusing dalam kecepatan cahaya, makhluk sudah tidak makan-minum, apalagi di alam Syurga yang pusingan ruangnya lebih cepat dari cahaya dan kekal (tidak ada perusak jasad, dan tidak ada pemuasan nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad). Karena itu istilah buah-buahan (makanan, benda-benda) sebagai rizki bukan makanan jasad, tetapi pengetahuan alam peragaan sebagai makanan akal.
Keempat. Cerita isro-mi’roj Nabi Muhammad yang sampai ke Sidrotil Muntaha bertemu dengan Alloh, dan dalam perjalanannya melihat Syurga dan menyaksikan orang-orang yang disiksa dalam Neraka adalah dongeng bohong hadits orang kafir. Alasannya ada tiga:
1) Alloh itu Akal tanpa wujud, sehingga mustahil ada rosul yang melihat-bertemu-bicara dengan Alloh. Asy-Syuuro 51: Alloh tidak berkata-kata dengan manusia, kecuali dengan perantaraan wahyu (ilham akal) atau dibalik tabir (gejala-tampak alam peragaan);
2) tidak ada rosul yang bisa masuk ke alam ruh dengan menembus cermin-P hingga ke Sidrotil Muntaha (cermin-CPT), sebab cermin-P itu tidak bisa ditembus makhluk wujud (lubang yang tak tembus, An-Nuur 35). Karena itu cerita Nabi Muhammad melihat orang yang disiksa dalam neraka adalah dongeng bohong rekayasa otak tinggi. Dalam Qur’an tidak ada mi’roj, sebab isroo itu bergerak dalam bark = kecepatan cahaya.
3) hingga sekarang Neraka itu belum ada (belum dinyalakan, Takwir 12), dan penghunian Syurga-Neraka baru terjadi setelah kiamat di hari berbangkit, bukan sekarang.
Penciptaan alam dan seluruh isinya berlangsung serbasama-serbaserupa (homogen isotrop) dari ukuran terbesar (alam semesta) yaitu alam syurga (positif), alam ruh (nol), alam Fana (negatif) hingga ukuran terkecil yaitu elektron (negatif), netron (nol), proton (positif), bahkan hingga zarah gaung quark negatif-nol-positif. Dari pasangan tiga alam itu amat jelas, Alloh tidak menciptakan Neraka. Sebab Alloh yang pengasih-penyayang, mustahil akan menciptakan alam siksaan (Neraka). Neraka atau alam siksaan itu adalah alam akibat yang diciptakan makhluk menurut pilihan langkah hidupnya sendiri. Dalam kenyataannya, alam Fana adalah alam pembangkang Tuhan yang meloncat ke ujud tampak.
Paul Dirac menyatakan, elektron yang meloncat ke ujud-tampak akan jatuh cepat kembali ke lubang bekas meloncatnya. Artinya, alam Fana (alif-laam-roo) yang meloncat ke ujud tampak dari alam Ruh, pada regangan maksimum menjauhnya (pengembangan maksimum menjauhnya), akan diseret balik oleh gaya nuklirkuat (akan terjadi pembalikan ruangwaktu = kiamat) masuk kembali ke alam Ruh bekas meloncatnya menjadi Neraka (alif-laam-miim-roo), sehingga penghunian Neraka hanya akan terjadi di alam akibat nanti setelah kiamat.

Minggu, 07 November 2010

Qur'an Dikupas Secara Ilmiah

Qur’an Dikupas Secara Ilmiah

Tafsir 1d

Albaqoroh 16-20
Komponen Pemimpin dari Dimensi Akal

Ayat 16. Dari latarbelakang (ayat 1-5), gejala-tampak (ayat 6-10), dan data ilmu (ayat 11-15) diperoleh simpulan pemimpin akal sebagai berikut. Alloh adalah Akal, Tuhan Alloh adalah Hukum Akal, dan katalisator penciptaannya bangsa akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Karena itu dari tiga kebenaran yang dianut manusia di dunia (Albaqoroh 1-15), hanya orang takwa (patuh kepada hukum akal) dan para ilmuwan penganut kebenaran akal (Albaqoroh 01-05) yang dinyatakan beriman kepada Alloh.
                     Sedangkan agama penganut kebenaran pragmatis (praktek ritual penyembahan yang memuaskan perasaan) adalah orang musyrik yang kafir, dan politik penganut kebenaran konsistensi (kesepakatan ego kelompok kuat yang memuaskan jasad) adalah orang munafik yang fasik. Mereka penganut dua kebenaran itu adalah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Sebab mereka tidak pernah melakukan penelitian terhadap kebenaran hukum anutannya, sehingga jadi sesat. Perilaku-perbuatannya hanya didasarkan kebenaran rekayasa otak tinggi, sehingga usahanya (perniagaannya) tidak beruntung, dan mereka tidak pernah mendapat petunjuk akal yang jadi tali Alloh, karena menolak kebenaran akal.
Ayat 17. Bayangan cermin dari tiga jenis kebenaran anutan manusia itu adalah bangsa akal yang jadi katalisator penciptaan, sebagai penghidup bahan, pembangun jasad, dan pemroses perilaku-perbuatan jasad yang dibangunnya. Perumpamaan mereka (katalisator) seperti orang yang menyalakan api (yang menghidupkan bahan dan membangun jasad). Setelah api menerangi sekelilingnya (bahan yang dihidupkannya membangun jasad wujud), Alloh menghilangkan cahaya mereka (melenyapkan wujud bangsa akal itu), dan membiarkan mereka dalam kegelapan (lenyap dalam kekosongan ruang), tidak dapat melihat (jadi makhluk tanpa wujud penghuni ruang ke-80).
Ayst 18. Karena tanpa wujud (antirasa-antijasad), berarti mereka jadi makhluk tuli sebab tidak punya telinga, jadi makhluk bisu sebab tidak punya mulut, dan jadi makhluk buta sebab tidak punya mata. Karena tanpa wujud pula, maka mereka (bangsa akal) tidak akan mati kembali setelah mereka diciptakan. Sebab, kematian hanya terjadi pada makhluk wujud yang mempunyai jasad.
Ayat 19. Atau (dengan kata lain), bangsa akal yang jadi katalisator penciptaan itu perumpamaannya seperti hujan lebat dari langit disertai kegelapan (adalah zathidup yang mengalir dari kekosongan ruang tanpa wujud). Ketika menumbuk bahan, maka bahan yang ditumbuknya jadi hidup. Lalu tenaga aliran (tenaga-tambahan) bawaan zathidup mencampuri bahan, sehingga terjadi guruh (percepatan pusingan terus meningkat), dan kilat (niat rasa) memuaskan hasratnya yang menggebu-gebu dalam memadatkan bahan.
                    Mereka (para zathidup pembawa tenaga-tambahan) itu menyumbat telinganya dengan anak jarinya sebab petir (melepaskan tenaga-tambahan bawaannya yang berzina dengan bahan dalam memuaskan hasrat rasanya), karena mereka tahu, perzinahan itu akan berakhir pada kematian, dan mereka takut akan mati lagi setelah diciptakan. Dan Tuhan Alloh (Hukum Akal) mengevolusikan seluruh perilaku pemuasan hasrat rasa hingga terbentuk jasad wujud orang-orang kafir (bangsa rasa pembangkang hukum) tersebut. Sementara bangsa akal, setelah membuang isterinya (tenaga-tambahan bawaannya) ke permukaan ruang, mereka lenyap tanpa wujud di ruang ke-80 (dera 80 kali, Annuur 4).
Ayat 20. Setelah terbentuk jasad wujud, mereka jadi makhluk yang penuh dengan keinginan jasad untuk memuaskan rasa, sebab rasa yang jadi bahan jasad itu adalah nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi. Kilat (niat) jasad itu hampir selalu menyambar mata katalisator karena kepekaan tangkapan mereka. Setiap kali kilat menyinari mereka (niat jasad menumbuk hukum pembatas katalisator), mereka (katalisator) berjalan dibawah sinar (melakukan tugasnya memproses niat yang dihasratkan jasad) itu. Dan bila gelap menimpa mereka (tetapi bila hasrat jasad itu tidak ada), mereka berhenti memproses.
                    Begitulah cara Alloh memproses kelangsungan penciptaannya. Andaikata Alloh menghendaki kekuasaan ada pada dirinya sendiri, niscaya dia akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka (melenyapkan tangkapan peka katalisator penciptaannya), sehingga apapun yang dihasratkan makhluk wujud, tidak akan diproses oleh katalisatornya, tetapi oleh Alloh sendiri. Sebab sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu, tetapi Dia tidak menggunakan kekuasaan itu untuk kepentingan ambisi dirinya.


Tanggapan Hilman, Cikajang, Garut, Jawa Barat.

Hilman: “ Saya pembaca setia surat Anda kepada MPR-DPR RI. Di bawah daftar tembusan surat No. 31/2010, saya membaca, Anda membuka blog qnolednad.wordpress.com. Ketika blog itu saya buka, ternyata merupakan qisos dari surat ke DPR. Kalau surat ke DPR tafsir Qur’annya dimulai dengan alasan-alasan yang memunculkan ayat, maka pada blog adalah sebaliknya, tafsir ayat-ayat memunculkan alasan-alasan berdasarkan tanggapan penanya. Dari alasan tafsir ayat yang sudah dikemukakan, ada yang belum diminta penanya-penanya terdahulu.
                     Pertama. Anda menyatakan, dari alam malaikat, ufuk peristiwa alam Fana (ruangwaktu) berfungsi sebagai layar televisi. Dicontohkan oleh pengamatan bangsa malaikat sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi (Baqoroh 30), dan pengamatan bangsa setan, malaikat, serta para rosul dari ruang lembut alam Fana (Annajm 15). Tetapi penelitian para rosul di depan ufuk peristiwa sendiri, ternyata cermin-P (layar televisi) itu berfungsi sebagai layar komputer mahacanggih. Saya minta penjelasannya.  
                     Kedua. Anda menyebutkan Albaqoroh 173 adalah definisi kekafiran, karena pada ayat itu Alloh mengharamkan makan bangkai, minum darah, makan daging babi, dan yang disembelih bukan atas nama Alloh. Saya minta tafsir lengkap berikut alasannya.
                     Ketiga. Karena ada ayat definisi kekafiran, tentu ada ayat definisi keimanannya. Tolong kemukakan ayat definisi keimanan tersebut.
                     Keempat. Anda menyatakan, persamaan gelombang nisbi (relativistic wave equation) Paul Maurice Dirac dirumuskan Nabi Muhammad dengan kaaf-Haa-yaa-ain-shood. Padahal rumus persamaan itu ada pada surat Maryam 1. Lalu apa hubungan Maryam dengan rumus persaman gelombang nisbi itu?.


Jawaban

Sandie: “Pertama. Layar komputer mahacanggih itu pertama kali dijelaskan Rosul Musa dalam Taurot (Albaqoroh 60) dari hasil penelitian Rosul Ibrohim ketika melakukan percobaan dalam membuktikan hukum evolusi penciptaan (Albaqoroh 259-260). Sebab semua rosul (pemimpin akal tinggi utusan Akal) adalah orang yang tuntas penelitiannya dalam mencari pencipta. Dalam penelitian itu mereka melakukan perjalanan penembusan dimensi-dimensi ruang hingga ke ufuk ruangwaktu (cermin-P) yang tidak bisa ditembus makhluk wujud (lubang yang tak tembus, Annuur 35).
                     Ketika mereka menumbuk dinding-tenaga cermin-P yang berpusing 2 mc2 itu, terjadi 12 lompatan bundel-bundel quark berisi zathidup (mata air) bersuku-suku (berkelompok-kelompok jenis makhluk dalam bentuk hologram. Quark-quark itu adalah tenaga-tambahan (rasa) bawaan zathidup (bangsa akal, katalisator) yang mengalir seperti sungai-sungai dari cermin-CPT (sidrotil muntaha = pohon teratai = pusat alam) kepada bahan (rasa, Albaqoroh 16). Lompatan bundel-bundel itulah yang jadi akar ilmu penciptaan segala sesuatu. Sebab ketika bundel-bundel itu bertumbukan dengan bahan, berlangsung proses penciptaan segala sesuatu, dimulai dari pemadatan bahan karena dicampuri tenaga-tambahan, melalui percepatan pusingan terus meningkat dari kaaf ke Haa, menumbuk yaa, dilontarkan keluar dari cermin-P (qoof) ke alam wujud di ain, dan berbentuk di shood.
                     Dari sini jelas sekali, kaaf-Haa-yaa-ain-shood adalah rumus persamaan gelombang nisbi (relativistic wave equation) yang ditemukan Paul Dirac tahun 1928.
               Kedua. Albaqoroh 173 yang Anda kemukakan itu adalah tafsir para ulama dari hadits. Sebab ayatnya sendiri menyatakan: ‘Sesungguhnya Alloh hanya mengharamkan bagimu mayat, darah, daging babi, dan yang disebut selain Alloh. Kalau Alloh hanya mengharamkan makan bangkai, minum darah, makan daging babi, dan yang disembelih bukan atas nama Alloh, maka kita semua selalu memakan bangkai, sebab hampir semua daging yang dibeli di pasar adalah bangkai. PMI adalah Pemberi Minum-darah Indonesia, karena selalu menyediakan labu-labu darah untuk diinfuskan (dimakankan) kepada orang sakit. Yang tidak makan daging babi hanya penganut agama Islam, karena penganut agama yahudi, hindu, budha, nasrani tidak mengharamkan daging babi. Di jagal penyembelihan hewan, nama Alloh bukan diucapkan tetapi hanya ditulisan di dinding penjagalan. Selain itu, kalau hanya tiga jenis makanan yang diharamkan, maka makan riba (mengambil keuntungan dari kesempitan-kesulitan orang lain) dan  miras-narkoba tidak haram.
                     Artinya, pengharaman yang ditafsirkan para ulama itu diambil dari bunyi tertulis ayat karena menganggap Qur’an kitab suci sabda Alloh yang sakral tidak boleh diakalkan. Padahal ayat-ayat Qur’an disusun Rosul Muhammad dalam bahasa puisi yang kebenarannya bukan pada permukaan (bunyi tertulis), melainkan pada intrinsiknya (unsur-unsur pembangun ayatnya = alasan-alasan ilmunya = asbabun nuzulnya). Dengan demikian, ayat-ayat Qur’an yang ditafsirkan ulama hanya bertumpu pada kebenaran euceuk hadits yang telah diharamkan Nabi Muhammad. Karena Nabi Muhammad hanya mengharamkan tiga jenis makanan-minuman itu, berarti ayat itu bukan kata denotatif, tetapi kata mutasyabihat yang memiliki arti celupan (kiasan). Hanya mengharamkan adalah celupan dari hanya mengkafirkan, sehingga ayat itu merupakan definisi kekafiran.
                     Menurut hukum qisos disiplin ilmu, kata mayat adalah gejala-tampak (pengetahuan), kata darah adalah data ilmu, sedangkan kata daging babi adalah simpulan pemimpin, dan yang disebut selain Alloh adalah rumusan hukumnya. Dengan demikian tafsir dari ayat itu seharusnya begini: ‘Sesungguhnya Alloh hanya mengkafirkan bagimu menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah) yang dilakukan agama-agama, memeras-menumpahkan darah (menindas-mengusir-menganiaya-memperkosa-membunuh) yang dilakukan agama-politik, makan daging babi (celupan dari memuaskan rasa/nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad) yang dilakukan agama-politik, serta menganut aturan-uu-hukum agama-politik yang tidak ditetapkan Alloh’.
      Ketiga. Tafsir definisi kekafiran itu sejalan dengan dafinisi keimanan pada Albaqoroh 62: ‘Sesungguhnya yang menyebut diri orang-orang mu’min, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani, dan orang-orang shobiin (tidak beragama) bukanlah batasan keimanan. Siapa saja di antara mereka yang menganut kebenaran akal adalah benar-benar beriman kepada Alloh (Akal), siapa yang patuh kepada Hukum Akal adalah beriman kepada hari kemudian, dan siapa yang beramal bajik adalah beriman kepada moral kasih-sayang. Mereka yang memenuhi tiga syarat keimanan itu akan menerima pahala Syurga dari Tuhan mereka. Tidak perlu ada kekhawatiran masuk Neraka kepada mereka, karena Neraka itu dijatahkan untuk penganut definisi kekafiran’.   
                     Dari definisi kekafiran dan keimanan itu jelas sekali, tidak ada sholat yang diartikan agamawan-ulama Islam sebagai ritual penyembahan perintah Alloh. Agama-agama, politik-politik, dan aliran-aliran agama-politik bukan batasan keimanan, karena aturan-uu-hukum yang mereka pegang bukan aturan hukum Alloh, melainkan aturan-hukum dari Exodus, Tripitaka, Weda, Bibble, Hadits, dan kebenaran kesepakatan ego kelompok kuat hasil rumusan para ahli kitabnya (agamawan-politisinya) masing-masing.
               Keempat. Kaaf-Haa-Yaa-Ain-Shood adalah rumus penciptaan semesta alam. Dirumuskan Rosul Muhammad dari lompatan bundel naik-turun, yaitu ketika tenaga-tambahan (isteri = lelaki) bawaan zathidup bercampur (berzina) dengan bahan (isteri Alloh = perempuan), sehingga berlangsung proses pemadatan bahan melalui percepatan pusingan terus meningkat membangun kaaf (cermin-C di alam ruh), Haa (cermin-T di alam ruh), hingga menumbuk Yaa (cermin-CPT) di ruang ke-100 (dera 100 kali, Annuur 2). Dilontarkan keluar cermin-P (batas alam ruh) ke alam wujud (cermin-T di ain), dan menggumpal dalam jasad wujud di shood (pembalikan kasar cermin-CP).
                     Dengan demikian rumus persamaan x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas itu menyatakan: proses evolusi di alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum (kaaf-Haa-yaa), menghasilkan pembangunan  3-dimensi ruang lembut-halus kasar (alam ruh-syurga-fana). Tetapi karena Paul Dirac meneliti dari alam kasar, maka rumusannya jadi terbalik: Peralihan 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut (Albaqoroh 11-15, 06-10, 01-05) menghasilkan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa (Alfatihah 1-3, 4, 5-7).
                     Dalam penciptaan manusia, ketika quark bawaan zathidup (lompatan bundel) menumbuk bahan (quark-tampan dan quark-cantik) di alam rasa (Albaqoroh 16), berlangsunglah proses penciptaan Adam-Hawa. Sebaliknya, Rosul Maryam melakukan percobaan membuat Almasih (manusia buatan) dengan menumbukkan bahan (DNA dirinya) kepada bundel hologram quark-tampan di cermin-P (Maryam 17), sehingga berlangsung proses penciptaan Isa dalam rumus kaaf-Haa-yaa-ain-shood. Dia melakukan rekayasa genetika pada hati dan otak janin dari thoo ke dood, dan dimasukkan ke dalam kandungannya sendiri di shood. Hasilnya adalah bayi Isa yang jadi nabi sejak lahir (Maryam 30) karena bisa bicara (menemukan dan memahami bahasa ibunya sejak lahir)(Maryam 24).
                    Itulah yang dijelaskan Ali Imron 59: ‘Sesungguhnya perumpamaan penciptaan Isa oleh Maryam menurut hukum Alloh adalah sama seperti penciptaan Adam-Hawa. Alloh menciptakan Adam-Hawa dari bahan (tanah). Ketika lompatan bundel quark-tampan dan quark-cantik menumbuk bahan, Alloh berkata kepadanya: ‘Jadi’. Maka berlangsunglah proses evolusi penciptaan Adam-Hawa dalam rumus kaaf-Haa-yaa-ain-shood, hingga mereka jadi makhluk wujud’. 

Jumat, 05 November 2010

ALQUR'AN DIKUPAS SECARA ILMIAH

ALQUR’AN DIKUPAS SECARA ILMIAH
Tafsir 1c.
Albaqoroh 11-15
Komponen Ilmu dari Dimensi Akal

Ayat 11. Sebagian di antara para politisi bukan penganut agama, tetapi mereka kaum liberal (bebas tanpa batasan). Merekalah yang membangun kebenaran politik (kesepakatan ego kuat) untuk meraih kepuasan pamrih-ambisi jasadnya. Kebenaran ini muncul di kalangan pemimpin yang punya kedudukan-kekuasaan. Mereka menganggap alam jadi dengan sendirinya, dan setelah mati tidak ada apa-apa lagi. Karena itu kerja mereka aji mumpung, mengejar kekuasaan-kekayaan dengan menghalalkan cara. Sebagiannya menganggap diri Tuhan dengan sikap otoriter-diktator untuk menindas rakyatnya, agar  nunut-patuh kepada dirinya.  
                     Bila dikatakan kepada mereka: “Dengan memegang kebenaran politik menghalalkan cara berarti kamu membuat kerusakan di muka Bumi”. Tetapi mereka menjawab: “Kamu sok tahu. Politik adalah cara menyelenggarakan dan mengatur pemerintahan negara, sehingga dengan berpolitik, sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Sebab kalau politik itu tidak benar, mustahil dianut semua negara”.
Ayat 12. Beri peringatan olehmu penganut kebenaran akal. Politik itu tipudaya kaum liberal pengejar kekuasaan-kekayaan dengan korupsi-kolusi-nepotisme di kalangan pemimpin untuk kepentingan diri dan kelompoknya dengan membodohi rakyat. Karena itu sesungguhnya mereka (para elit politik) adalah orang-orang munafik yang membuat kerusakan tatanan peradaban. Mereka menggunakan kesejahteraan rakyat sebagai kamuflase politik dalam kampanye agar dipilih lagi jadi pemimpin. Tetapi mereka tidak menyadari kamuflase politik justru memperpanjang kemelaratan rakyat yang memilihnya.
Ayat 13. Sebab sesungguhnya kampanye kesejahteraan rakyat adalah senjata paling ampuh dalam meraih ambisinya, sehingga kemiskinan rakyat itu sengaja diternak mereka.  Karena itu bila dikatakan kaum moralis kepada mereka: “Beriman kamu kepada Akal sebagaimana orang-orang lain telah beriman”. Mereka menjawab: “Bagaimana mungkin kami akan beriman sebagaimana para agamawan (orang-orang bodoh) itu beriman?.
                     Beri mereka peringatan. Para agamawan itu bukan orang-orang beriman, karena menolak kebenaran akal seperti mereka sendiri. Sesungguhnya mereka (kaum agamawan dan politisi) itu adalah orang-orang bodoh karena hanya menggunakan otak dengan menolak akal. Padahal Alloh adalah Akal yang tidak bisa menerima kebenaran agama-politik yang tidak masuk akal dan tidak adil, tetapi mereka tidak tahu, karena tidak pernah melakukan penelitian terhadap kebenaran hukum-hukum yang dianutnya.
Ayat 14. Dari latarbelakang, gejala-tampak, dan data ilmu tersebut diperoleh simpulan berikut. Dengan menyatakan para agamawan sebagai orang-orang bodoh, sebenarnya mereka tahu keimanan yang benar adalah keimanan penganut kebenaran akal. Itu dibuktikan oleh sikapnya ketika mereka berjumpa dengan para ilmuwan (orang-orang beriman), mereka mengatakan: “Dalam berpolitik kami juga selalu berpikir menggunakan akal (maksudnya otak), sehingga kami telah beriman seperti kamu”.
                    Maksud pengakuan itu adalah agar dalam meraih ambisinya mereka mendapat dukungan dari golongan ilmuwan. Sebab ketika mereka telah kembali kepada setan-setan (para pemimpin parpol) mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu. Pengakuan kami terhadap para ilmuwan itu hanya berolok-olok (akal-akalan), agar mereka mau mendukung kami dalam pemilu nanti”.
Ayat 15. Alloh itu Akal tanpa wujud yang tidak mungkin berolok-olok, karena sejak awal penciptaan Dia telah melepaskan kekuasaannya kepada Tuhan (Hukum), sehingga tidak mencampuri lagi urusan makhluk. Sedangkan yang suka berolok-olok adalah otak tinggi yang jadi media wujud akal. Jadi yang akan mengolok-olok mereka adalah otaknya sendiri, dan membiarkan mereka terombang-ambing tipudaya (akal-akalan) otak mereka sendiri dalam kesesatan.

Tanggapan Rahmat, Antapani, Bandung, Jawa Barat

Rahmat: “Pertama. Pada tafsir Alfatihah 1-7 dan Albaqoroh 1-5, Anda menafsirkan kata isteri dalam Annisaa 1 adalah pasangan Alloh, yaitu makhluk (alam dan seluruh isinya). Tetapi ketika Annisaa 1 saya buka, para ulama menafsirkan isteri di situ adalah Hawa isteri Adam yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dari situ ulama menafsirkan Adam sebagai manusia pertama, dan seluruh manusia Bumi adalah anak cucu Adam hasil perkawinan di antara anak-anaknya sendiri. Bagaimana cara Anda menjelaskannya?.
               Kedua. Dalam menafsirkan Albaqoroh, Anda menggunakan sebutan tafsir 1a, 1b, 1c, apa ada alasannya?.
               Ketiga. Dari penjelasan Anda tentang kesalahan perjalanan antariksa Einstein disebutkan. Ufuk peristiwa (event horizon) yang didatangi Rosul Muhammad hampir tiap malam dalam menyusun ayat-ayat Qur’an itu berjarak 150 juta tahun cahaya dari Bumi. Dari mana Anda menghitungnya?.
               Keempat. Ketika saya mengkaji tafsiran Anda ayat 1-15, nampaknya bersangkutan dengan 3-kebenaran dalam The Theory of Truth (Teori Tentang Kebenaran) yang dianut manusia Bumi. Ayat 1-5 adalah penganut kebenaran korespondensi, ayat 6-10 penganut kebenaran pragmatis agama, yaitu praktek ritual penyembahan yang memuaskan perasaan, dan ayat 11-15 adalah penganut kebenaran konsistensi, yaitu kesepakatan ego yang memuaskan jasad. Sebab pada tafsir 06-10 Anda menyatakan, ayat 16-20 adalah alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Apa pendapat saya benar?.

Jawaban

Sandie: “Pertama. Yang Anda tanyakan berhubungan dengan tafsir hadits Buchori-Muslim. Tetapi Nabi Muhammad sendiri menyuruh menghapus hadist dengan ancaman neraka. Alasannya, hadits bukan penjabaran Nabi Muhammad dari Qur’an atas petunjuk Alloh langsung, melainkan penjabaran para ahli kitab (ulama-politisi Arab-Yahudi) karena meyakini Qur’an kitab suci sabda Alloh. Padahal pada Alhaaqqoh 40-42 Nabi Muhammad sendiri sudah memberitahu bahwa Qur’an itu perkataan (karya ilmiah) rosul yang mulia, bukan syair perkataan penyair melainkan puisi alam (ilmu), dan bukan jangjawokan (perkataan) tukang sihir, melainkan petunjuk akar ilmu penciptaan atau kosmologi (ilmu asal kejadian segala sesuatu).
                     Dari rumusan sunnah Muhammad diketahui, 3-surat Albaqoroh (hukum), Ali Imron (bangsa akal, lelaki), dan Annisaa (rasa, perempuan) adalah penjelasan watak tiga ganjil yang bersih mengisi ruang (ruang bayangan cermin tanpa ujud alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa). Dari uraian terdahulu sudah diketahui, berlangsungnya penciptaan makhluk wujud dimulai ketika zathidup pembawa tenaga-tambahan yang mengalir dari pusat alam (cermin-CPT) menumbuk bahan di Annisaa (alam rasa). Itu berarti, Annisaa dimulai di awal penciptaan isteri Alloh (pasangan Alloh = alam ruh-syurga-fana) dari bahan yang diciptakan dari jasad Alloh sendiri karena tidak ada bahan, bukan waktu penciptaan manusia (otak tinggi) yang hadir paling belakangan dari makhluk lain.
                     Artinya, tafsir hadits Buchori-Muslim itu dongeng bohong buatan penganut agama-politik yang mempercayai Qur’an kitab suci sabda Alloh dan tidak boleh diakalkan, karena Alloh punya jasad wujud (Muhammad Abduh dalam Risalah Tauhid menyatakan: Alloh duduk bersila di Sidrotil Muntaha, punya dua tangan. Tetapi entah bagaimana wajahnya).
                    Selanjutnya, kalau semua manusia turunan langsung Adam-Hawa sebagai manusia pertama yang turun 50.000 tahun silam, maka jumlah manusia Bumi sekarang paling banyak juga baru jutaan bukan miliaran, dan mustahil warna kulitnya beraneka-ragam, ada yang hitam-merah-kuning-putih-coklat. Tafsir ulama itu diambil dari Albaqoroh 30 yang menyatakan, Tuhan (Hukum) akan mengangkat manusia jadi pemimpin (kholifah) bukan jadi manusia pertama di Bumi. Selain itu, kalau Adam manusia pertama, maka perkawinan di antara anak-anaknya sendiri melanggar aturan Tuhan Alloh (Hukum Akal) dan bertentangan dengan berita Annisaa 22-23 yang menyatakan: ‘Jangan kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau (sebelum kholifah turun ke Bumi)...’. Artinya, sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi, di Bumi telah hadir manusia (orang Neanderthal) yang hidup berkelompok-kelompok di berbagai benua dengan warna kulit masing-masing, dan yang harus dibina moralnya oleh Adam-Hawa.
                     Ceritanya begini. Sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi, melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity), bangsa malaikat dari alam lembut Syurga dapat menyaksikan Orang Neanderthal yang hidup berkelompok-kelompok membangun kekuasaan untuk jadi pemimpin (diartikan penguasa). Para pemimpinnya saling jegal-fitnah-bunuh dalam berebut kekuasaan itu seperti disebutkan Albaqoroh 30, sehingga bangsa malaikat menilai Tuhan (Hukum) akan mengangkat manusia jadi pemimpin di alam Fana (muka Bumi). Penilaian diperkuat oleh kenyataan, Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain, mereka berperang untuk memperbesar kekuasaan, dan yang kalah menyembah pemenangnya agar dikasihani-diampuni.
                     Ketika Adam-Hawa berhasil menjawab tantangan bangsa malaikat menembus dimensi-dimensi ruang halus-lembut Syurga (Albaqoroh 33), mereka mengamati kehidupan Orang Neanderthal itu lebih seksama. Dalam memperbesar kekuasaan, yang kalah menyerahkan para isterinya kepada yang menang. Sama seperti dalam perebutan kekuasaan di kelompoknya sendiri. Pemimpin kelompok itu adalah penguasa. Dia dapat mengambil isteri menurut seleranya sendiri, termasuk anak gadis kandungnya. Ketika Bapaknya meninggal, anak lelakinya yang menduduki kekuasaan mengambil semua isteri Bapaknya, termasuk ibu dan saudara kandungnya sendiri jadi isterinya. Itulah awal kehidupan politik orang Neanderthal yang berlangsung hingga sekarang.
                     Tetapi dalam perjalanan hidupnya mereka tidak bisa mengatasi bencana badai-guntur-gempa-banjir-longsor-gunung meletus. Karena itu mereka semua termasuk sebagian pemimpinnya serah bongkokan jadi taklukan Penguasa goib tak terlawan itu. Karena goib (tidak diketahui wujudnya), mereka menciptakan benda-patung penguasa goib itu untuk disembah agar dikasihani-diampuni-diselamatkan. Itulah awal kehidupan agama yang berlangsung hingga sekarang. Dua kepercayaan inilah yang harus dibina moralnya oleh Adam-Hawa dan para rosul setelahnya.

               Kedua. Penentuan menggunakan angka 1a, 1b, 1c dalam menafsirkan Albaqoroh bukan aturan khusus, melainkan hanya untuk mempermudah menemukan komponen-komponen simetri qisos dalam setiap dimensi. 1a adalah komponen akal, 1b komponen pengetahuan, 1c komponen ilmu, 1d komponen pemimpin, dan 1e komponen hukum, sehingga tiap dimensi nantinya terdiri dari 5 komponen. Ketika mulai dimensi pengetahuan, saya akan menggunakan 2a-2e, dan seterusnya.

               Ketiga. Tahun 1976, astronom wania bernama Vera Rubin menemukan dua jalur yang berlawanan. Jalur dingin adalah pengembangan alamraya, dan jalur panas adalah tenaga seretan yang mengerutkan alamraya. Tetapi para astronom dunia menyatakan, temuan Vera Rubin itu mustahil dan gila, karena jalur panas itu menyeret galaksi-galaksi ke arah yang tidak penting samasekali, yaitu ke satu titik ruang kosong di luar rasi bintang Hydra dan Centaurus di langit selatan.
                     Meskipun begitu para astronom di seluruh dunia melakukan penelitian atas temuan itu. Tahun 1986 mereka semua menyatakan temuan Vera Rubin ternyata benar. Bahkan astronom Sandra Feber dan Alan Dessler dari California berhasil menghitung jaraknya, yaitu 300 juta tahun cahaya, dan melakukan seretnan terhadap ribuan galaksi dalam kecepatan 621 km/detik, sehingga mereka menyebutnya Sang Penyeret Besar (The Great Attractor), termasuk menyeret pasangan galaksi kita Bima Sakti dan Andromeda, yang bergerak saling mendekati dalam kecepatan 21 km/detik.  Kemudian astronom Chandrasekar memperbaiki jaraknya dari 300 juta tahun cahaya jadi hanya 150 juta tahun cahaya.
                     Titik di ruang kosong itu adalah alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi, yaitu tempat akhir perjalanan para rosul ke ufuk ruang dalam mencari Pencipta.
               Keempat. Saya gembira karena ternyata Anda bukan hanya membaca tetapi sekaligus mengkaji. Berkaitan dengan Sang Penyeret Besar, sesungguhnyalah pendapat Anda memang benar. Ayat-ayat itu dirumuskan Nabi Muhammad dalam persamaan gelombang nisbi (relativistic wave equation) Paul Dirac, yaitu kaaf-haa-yaa-ain shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas). Rumus itu menyatakan, peralihan 3-dimensi ruang kasar (ayat 11-16), ruang halus (ayat 6-10), dan ruang lembut (ayat 1-5), menghasilkan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi Alfatihah 1-7 (hukum-akal-rasa). Tetapi pada Albaqoroh keadaannya terbalik, yaitu: peralihan 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar (ayat 1-15) menghasilkan 1 ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum.
                   Persamaan gelombang nisbi Dirac itu dirumuskan Nabi Muhammad dalam upacara haji membangun umroh. Peralihan 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut (Arofah-Muzdalifah-Mina), membangun 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi Alfatihah 1-3 (tawaf = hukum), tugas bangsa akal (ayat 4, sa’i), dan kewajiban rasa (ayat 5-7)”.