Minggu, 31 Oktober 2010

Qur'an dikupas secara ilmiah

Oleh : Sandie CS67

Tafsir 1b

Al-Baqoroh 6-10

Komponen Pengetahuan dari Dimensi Akal
Ayat 06. Pencipta yang oleh Ibrohim disebut Alloh adalah Akal, sehingga orang yang beriman kepada Alloh menurut petunjuk orang takwa atau rosul (pemimpin akal utusan Akal) adalah para penganut kebenaran akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Dengan demikian dapat diketahui, dari tiga kebenaran anutan manusia di dunia, orang yang beriman kepada Alloh itu penganut kebenaran korespondensi, karena anutan kebenaran mereka harus yang selaras dengan fakta, sejalan dengan kenyataan, dan serasi dengan bukti penelitian.
                     Artinya menurut Alloh, orang-orang kafir adalah penganut kebenaran pragmatis atau dogma agama, yaitu kebenaran praktek ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah untuk mendapat ampunan-penghapusan segala dosa dan jaminan masuk Syurga yang memuaskan perasaan = pamrih), dan penganut kebenaran konsistensi atau kebenaran kesepakatan ego politik (kebenaran tipudaya rasa yang memuaskan jasad = ambisi). Sebab bagi penganut kebenaran agama-politik yang memuaskan rasa-jasad (nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi) itu, tidak ada kebenaran lain kecuali kepentingan dirinya. Karena itu sesungguhnya tidak ada artinya, baik kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman juga kepada Akal.
Ayat 07. Alloh adalah Akal yang menerapkan Hukum Akal pada segala ciptaannya. Karena itu ketika mereka menganut kebenaran hukum rasa-jasad, maka hukum itu telah mengunci mati peringatan akalnya dalam ruang hati dan pendengaran telinga mereka. Sedang penglihatan mata mereka ditutup oleh kepuasan rasa syahwat-angkara dan pamrih-ambisi jasadnya. Mereka tidak tahu bahwa akal adalah katalisator penghidup-pembangun jasad dan pemroses perilaku-perbuatan dirinya, sehingga dengan menutup-mengunci peringatan akalnya, maka bagi mereka adalah kebodohan yang menjadi siksa hidup amat berat. Sebab tanpa akal, otak tinggi mereka jadi tidak bermoral. Mereka tidak tahu benar-salah-baik-buruk-jahat-takadil, sehingga perilakunya jadi aneh-janggal. Perbuatan anarkis-brutal-biadab-mencuri-berzina-merampok-korupsi-membunuh-teroris dianggap sebagai jihad yang direstui Alloh.
Ayat 08. Dari tiga kebenaran yang dianut manusia, anutan kebenaran agama pemuas rasa dan kebenaran politik pemuas jasad mendominasi kehidupan dunia  Sebagian di antara mereka (penganut agama) mengatakan: ‘Kami beriman kepada Alloh pencipta alam dan kepada hari akibat. Buktinya, tiap hari kami menyanjung-memuja dan menyembahnya di mana pun kami berada’. Padahal sesungguhnya mereka bukan orang yang beriman kepada Alloh. Sebab yang disembah mereka bukan Alloh tetapi mayat (jasad-benda mati). Mereka tidak tahu samasekali sosok Alloh yang diimaninya, selain euceuk jeung euceuk. Soalnya di antara agamawan dan politisi tidak ada yang pernah melakukan penelitian terhadap alam ciptaan dan hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam itu. Keimanan mereka hanya retorika didasarkan pada dongeng para pemimpinnya dalam buku-buku agama seperti exodus-tripitaka-weda-bibble-hadits, dan diyakini sebagai penjabaran rosul-nabinya dari kitab suci Taurot-Zabur-Injil-Qur’an sabda Alloh atas petunjuk Alloh langsung.
Ayat 09.  Karena tidak ada agamawan-politisi yang pernah membuka-meneliti jatidiri Alloh, kebenaran agama-politik masing-masing yang mereka sebarkan setiap hari sejak pagi buta hingga malam larut melalui ceramah-khotbahnya tidak lain dari khayalan rasa otak tinggi, masuk akal tidak masuk akal harus diterima dengan penuh keimanan. Sebab yang mereka ajarkan tidak lain dari doktrin aturan-uu-hukum dogma buatan para ahli kitabnya (agamawan-politisinya) dengan memberi ancaman neraka, sehingga mayoritas manusia jadi pengikutnya karena takut masuk neraka. Mereka hendak menipu Alloh dan orang-orang beriman (penganut kebenaran akal). Padahal penyebaran doktrin yang dilakukannya, tanpa mereka sadari hanya menipu diri sendiri. Sebab sesungguhnya aturan-uu-hukum agama-politik yang mereka ajarkan adalah rekayasa otak tinggi mereka sendiri.
Ayat 10.  Alloh adalah Akal tanpa wujud, karena di awal penciptaan Dia telah membuang jasadnya untuk dijadikan isterinya (Annisaa 1) atau pasangan hidupnya, yaitu makhluk (alam dan seluruh isinya), sehingga Tuhan Alloh (Hukum Akal) yang diterapkannya juga adalah hukum qisos (hukum pasangan saling mengekalkan antara Kholik dan makhluk). Hukum qisos adalah hukum sebab-akibat, membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya (Annuur 35), tetapi di hari akibat akan memberi balasan setimpal terhadap pilihan langkah itu berdasar moral perilaku-perbuatan diri tanpa pembela dan tanpa penolong (Alfatihah 3). Karena itu Muhammad menyatakan, hukum qisos adalah hukum pembalasan seimbang.
                     Karena rasa yang jadi bahan jasad semua makhluk wujud adalah nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi, maka melalui bangsa akal sebagai katalisator penciptaannya, Alloh selalu memberi peringatan ketika makhluknya hendak berbuat dusta-salah-buruk-jahat-takadil agar mengurungkan kembali niatnya. Sebab di hari akibat akan mendapat pembalasan setimpal. Ketika peringatannya tidak digubris, sesuai dengan janji fitrohnya, akal tetap memproses menurut pilihan rasa-jasad makhluk sendiri. Itulah watak penyayangnya Akal (Akal).
                     Artinya di dalam hati penganut agama dan politik terdapat penyakit kotor rasa-jasad, yaitu nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi. Karena peringatan akalnya selalu ditolak, maka Akal menambah penyakit kotornya dengan kebodohan (tidak tahu benar-salah-baik-buruk-jahat-takadil), sehingga perilakunya jadi anarkis-brutal-biadab lebih kejam dari hewan. Kebodohan itu bagi mereka merupakan siksa amat pedih, sebab sepanjang hidupnya selalu lapar-dahaga pada kehidupan dunia. Mereka telah mendustakan (tidak tahu samasekali) janji fitrohnya (Alfatihah 4-5, Alisroo’ 78), sehingga dengan serakah (menghalalkan segala cara) mengejar kepuasan rasa-jasadnya.


Tanggapan Anda T Sugandi Cikutra, Bandung, Jawa Barat

Anda  :  “Dengan mengacu pada tafsir Alfatihah 1-7 dan Albaqoroh 1-5,  tafsir komponen pengetahuan (ayat 06-10) jadi amat jelas. Kalau pada tafsiran lalu yang ditanggapi Sdr. Ma’mun saya terkejut karena Alqur’an ternyata buku petunjuk kosmologi, sekarang lebih terkejut lagi karena Teori Relativitas Einstein bukan ilmu yang benar, tetapi politisasi ilmu. Kenyataannya, rumusan teori relativitas adalah hasil comotan Einstein dari rumusan beberapa ilmuwan. Gaya lambda lebih besar dari 0 tetapan kosmis Newton, gerakan lubang hitam ruangwaktu dalam kecepatan cahaya rumusan Wilhelm de Sitter. Big bang Allan Guth dicomot melalui pengubahan nilai lambda jadi 0, sebagai salah satu dari 3-jenis rumusan kurva Friedmann. Gravitasi Einstein yang mengendalikan alamrayanya (teori kenisbian umum) tidak lebih dari alam kasar ruangwaktu. Dalam hubungan itu, saya ingin tahu apa rumus perjalanan antariksa Einstein yang bisa kembali ke masa silam dan pergi ke masa depan benar atau salah?.
                     Sedangkan dalam menanggapi Albaqoroh 06-10, masih ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan.
                     Pertama. Pada ayat 06 Anda mengatakan bahwa orang takwa adalah rosul, dan rosul diartikan sebagai pemimpin akal utusan Akal. Apa alasannya? Sebab kalau rosul diangkat Alloh jadi utusannya berdasar pilih kasihnya, berarti mahaadil Alloh hanya retorika.
      Kedua. Semua agamawan menyebut benda-patung sembahan adalah berhala, tetapi pada ayat 06 dan 08 Anda menyebutnya mayat. Apa alasannya?.
      Ketiga. Pada ayat 07 Anda membedakan akal dari otak tinggi. Bagaimana menjelaskan perbedaannya?.
      Keempat. Saya lebih setuju tafsir Anda pada ayat 09 yang menyatakan ahli kitab adalah agamawan-politisi pembuat aturan-uu-hukum. Sebab perpecahan dalam agama-agama dan aliran-aliran agama terjadi karena perbedaan aturan-uu-hukum yang dianut mereka masing-masing dan cara ritual penyembahannya yang berlainan. Apa dalam Qur’an ada ayat yang menjelaskan kesalahan aturan-uu-hukum anutan mereka?”.
     
              
Jawaban

Sandie:  “Pertanyaan awal Anda memerlukan penjelasan panjang. Para fisikawan menyebut geometri Euclides sebagai geometri parabol, untuk membedakan geometri lonjong dan geometri hiperbol. Ketika diterapkan pada ruang, geometri Euclides jadi ruang bundar. Menurut Einstein, ruang lonjong dan ruang bundar memiliki geometri yang sama, tetapi berbeda dalam pengertian berikut.
                     Permukaan bundar sama dengan ruang bundar, sedang permukaan setengah bundar sama dengan ruang lonjong. Ketika diterapkan pada perjalanan antariksa, geometri ini menghasilkan hal yang ganjil. Bila pesawat mencapai setengah perjalanan ke antipode, ia akan lenyap dari pandangan, dan muncul di sisi lain dari alamraya. Pesawat menjauh tersebut tampak seperti mendekat. Ini terjadi karena ruang lonjong telah dikenal para ilmuwan sebagai keganjilan sejarah.
                     Einstein menyatakan. Bila alamraya benar-benar lembut, ia akan bergiat sebagai lensa optik raksasa. Sebuah benda yang bergerak menjauh pada mulanya akan tampak mengecil. Ketika mencapai setengah perjalanan ke antipode mengecilnya akan berhenti, dan ketika bergerak lebih jauh, ia akan tampak membesar lagi. Semua daerah di antipode akan tampak membayang, seolah mereka berada dekat di daerah setempat. Orang-orang di antipode melihat kita seolah dekat kepada mereka. Sebaliknya, kita melihat mereka seolah dekat kepada kita.
                     Yang dikatakan Einstein itu sebenarnya ufuk peristiwa (ufuk ruangwaktu = event horizon) yang terlihat dari alam malaikat sebagai layar televisi. Penglihatan itu telah dirumuskan Rosul Muhammad dalam Albaqoroh 30 (penglihatan dari alam lembut Syurga atau antipode) dan dalam Annajm 15 (penglihatan dari alam malaikat di alam Fana).
                      Karena cahaya tetap berkeliling, kata Einstein, para penghuni ruang secara sinambung mengetahui apa yang mereka lakukan 2 jam yang lalu, 4 jam yang lalu, 6 jam yang lalu, dan seterusnya. Ini terjadi karena ruang antipode tidak ada, yang sejak lama telah diketahui sebagai keganjilan sejarah, dan lensa optik itu berlaku sebagai cermin pembalikan. Artinya, cermin-P itu menurut Einstein berlaku sebagai cermin pembalik benda-benda yang bergerak dalam kecepatan cahaya
                     Disitulah letak politisasi Einstein. Dia menyatakan antipode (alam seberang} tidak ada, karena alamraya dalam Teori Kenisbian Umum adalah geometri lonjong. Dengan mengubah nilai lambda jadi nol, maka alamfana jadi alam mandiri (alamraya Einstein-de Sitter pusingan kecepatan cahaya) yang diketahui asal kejadiannya dari big bang Allan Guth, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya. Itu terjadi karena Einstein membuang gaya tolak kosmis (gravitasi menyeluruh) Newton yang disebutnya gaya lambda, sehingga Teori Kenisbian Umum tidak punya tetapan kosmis penyebab kelahirannya. Setelah dikritik Friedmann, baru dia memasukkan gaya lambda dalam  rumusannya.
.                   Karena perjalanan antariksa adalah gerakan, maka ruang bundar dapat kita misalkan bola Bumi yang berpusing. Bola Bumi terbagi dalam dua belahan, utara dan selatan, dengan garis khatulistiwa sebagai pembatasnya. Ruang lonjong adalah sebelah permukaan Bumi, utara atau selatan. Maka Bumi punya dua ruang lonjong berseberangan. Kita tinggal di belahan selatan, dan belahan utara alam seberang atau antipode. Antipode dinyatakan sama seperti belahan yang kita tinggali dalam ruang lonjong. Ketika diterapkan pada perjalanan antariksa, geometri ini menghasilkan hal ganjil kata Einstein. Sebab bila pesawat mencapai setengah perjalanan ke antipode (bila tiba di garis khatulistiwa), ia akan lenyap dari pandangan, dan muncul di sisi ruang seberangnya, serta pesawat menjauh itu tampak seperti mendekat (lihat gambar pada Jurnal Etos no. 3 tahun 1995: membuka kesalahan Einstein).
      Tafsir Einstein itu hampir sama dengan tafsir fisikawan nuklir atas cermin-CP. Sebab, zarah yang melanggar cermin-CP (melanggar garis khatulistiwa) dinyatakan sebagai makhluk asing dari galaksi-galaksi lain yang tersusun dari antibahan, namun penampilannya tidak berbeda dengan makhluk yang tersusun dari bahan. Artinya, di sini Einstein menyamakan cermin-T dengan cermin-CP.
       Geometri ruang lonjong adalah pembalikan ruang. Kita dapat membuktikan dengan mudah, dengan keluar rumah pada malam cerah, sehingga dapat melihat rasi-rasi bintang menaburi langit. Rasi Beruang Besar di belahan utara, oleh kita di selatan tampak terbalik dari penglihatan orang belahan utara. Karena garis khatulistiwa adalah hukum pembalikan ruang (cermin-CP) bola Bumi, rasi bintang yang oleh kita tampak di sebelah kiri, oleh orang di utara tampak di sebelah kanan. Tidak ada keganjilan sejarah. Yang pasti, karena kita melihat dari arah berlawanan dengan orang yang ada di utara atau di antipode.
       Kalau antipode tidak ada seperti pernyataan Einstein, sebutan pembalikan ruang atau penglihatan terbalik dari belahan seberang tidak akan ada, sebab tidak ada orang yang bisa membuktikannya. Hasilnya, bila perjalanan antariksa mencapai ujung kiri garis khatulistiwa, maka ia akan tampak di ujung kanan pada cermin-CP atau kecepatan 150.000 km/detik, bukan kecepatan cahaya (300.000 km/detik). Artinya dalam perjalanan antariksa, Einstein telah menyamakan 150.000 km = 300.000 km/detik. Karena itu menurut saya, antipode harus hadir sebagai pembukti adanya pembalikan ruang. Pembalikan ruang atau cermin-CP itu oleh Rosul Musa disebut perjanjian bukit, sebagai syarat gelar Nabi bagi yang mampu menembusnya. Sebab cermin-CP gerbangnya ilmu tinggi. Alasannya begini.
       Bola Bumi kita misalkan ruang bundar. Pusingan pada porosnya adalah medan skalar. Misalkan ruang Bumi berpusing 30 km/detik, persamaan dari medan skalar alamraya yang berpusing 300.000 km/detik. Bila pesawat bergerak dari titik A 15 km/detik mengitari ruang Bumi, maka jarak setengah lingkaran bola (titik A’) yang ditempuhnya akan berhimpitan dengan titik keberangkatannya di A, sehingga pesawat itu seolah tidak bergerak dari tempatnya. Sebab, titik A’ yang dicapai pesawat dalam satu detik, dibawa balik ke awal pemberangkatannya di titik A oleh pusingan Bumi yang kecepatannya dua kali lipat.
       Itulah rahasia cermin-CP atau hukum pembalikan ruang. Setiap benda yang menembus alam halus hingga menginjak cermin-CP, tubuhnya akan menciut jadi sekecil kaon. Tetapi dia bisa muncul lagi di alam kasar dengan ukuran tubuh normal, namun dalam keadaan kosong. Kita mengenalnya dengan sebutan hantu, karena tubuhnya menghantu di pembalikan ruang. Tubuhnya yang kosong dapat ditembus-menembus benda apa saja tanpa cedera, dapat terbang seperti burung, dan dapat menerbangkan benda-benda ratusan ton tanpa kesulitan samasekali seperti dikatakan Al-Baqoroh 57.
                     Artinya, perjalanan antariksa Einstein yang bisa pergi ke masa depan dan kembali ke masa silam adalah mustahil. Perjalanan antariksa itu dirumuskan dari gagasan pengurungan (the idea of containment) Einstein sendiri yang menyatakan, pejalan yang mencapai kecepatan cahaya dapat kembali ke masa silam atau pergi ke masa depan. Tetapi asas pengurungan (the containment prinsiple) yang hadir dalam alam menyatakan, panah waktu menunjuk hanya ke masa depan, dan waktu yang sudah lewat tidak bisa dijalani dua kali. Karena kita hidup dalam kurungan waktu sekarang, dan waktu lampau tidak bisa dijalani dua kali. Kita bicara selalu pada waktu sekarang, dan sedetik yang lalu bahkan dalam ukuran nano detik adalah waktu lampau yang sudah lewat, dinyatakan dengan barusan-tadi (lihat Jurnal Etos no. 4 tahun 1995: Mendobrak Teori Einstein).     
                     Waktu adalah medan skalar ruangwaktu, yaitu gaya listriklemah atau tensor urutan 2 (alamraya Wilhelm de Sitter) sebagai pusingan ruang dalam kecepatan cahaya. Artinya kecepatan cahaya adalah ukuran waktu, tetapi bukan waktu sebagaimana rumusan Einstein. Setiap benda yang gerakannya mencapai kecepatan cahaya, dia akan menetralkan medan skalar (pusingan ruang) dengan gerakan dirinya (gerakan mengarah, vektor). Berapa lama dan jauh pun jarak ruang yang dijalaninya dalam kecepatan itu, dia tidak akan terkena hitungan waktu. Itulah yang disebut waktu satu detik diperlebar tanpa batas.
                     Itu dibuktikan Rosul Muhammad dalam isroo 1 dengan bark (= kecepatan cahaya), bukan bark = burok seperti cerita hadits. Karena itu Rosul Muhammad adalah penemu rahasia waktu. Dia jadi manusia pejalan waktu yang pertama. Hampir tiap malam Rosul Muhammad pergi isro ke ufuk ruangwaktu yang jaraknya 150 juta tahun cahaya, untuk mempelajari lompatan bundel-bundel di cermin-P dan menyusun ayat-ayat Qur’an melalui pola petunjuknya. Ketika kembali ke alam kasar, waktu yang dihabiskannya tidak lebih dari satu detik. Tetapi bila menembus alam halus, waktu satu hari di sana sama dengan 100 tahun di alam kasar sebagaimana disebutkan Al-Baqoroh 259 yang dialami Nabi Ibrohim dalam meneliti hukum evolusi. Itu alasannya usia Nabi Ibrohim mencapai 1000 tahun. Sekarang saya jawab pertanyaan Anda selanjutnya
                     Pertama. Albaqoroh 1-15 adalah gelombang turun keimanan makhluk 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut dari yang tertinggi (takwa) kepada yang terendah (pembangkang, kafir). Ayat 1-5 adalah simetri turun keimanan dari yang takwa-beriman-selamat (mutaqin-mu’min-muslim). Takwa ialah kepatuhan tertinggi terhadap Tuhan Alloh (Hukum Akal) yang 100 % meneladani pengorbanan moral Alloh dengan membunuh-membuang rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, sehingga jadi orang suci dari kekotoran rasa-jasad, yang hanya bisa dipenuhi oleh para rosul (pemimpin akal tinggi).
                     Di masa lampau, pembunuhan-pembuangan rasa-jasad dilakukan melalui penembusan dimensi-dimensi ruangwaktu (alamfana) hingga ke ufuknya dalam upaya mencari Pencipta. Itu diceritakan Rosul Musa dalam Taurot (Albaqoroh 51-60), sehingga Taurot itu dipastikan sebagai buku petunjuk ilmu. Untuk bisa menembus alam halus yang dibatasi cermin-C (hukum penolak jasad kasar), dia harus membunuh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad (bunuh dirimu, Albaqoroh 54). Sebab pada batas peralihan alam kasar ke alam halus (ruang ke-38) akan dihantam-gencet gaya elektromagnet pada pusingan ruang 100.000 km/detik, sehingga tubuh menciut jadi sekecil atom dan masuk alam halus (ruang ke-40).
                      Di pertengahan ruang halus (ruang ke-50) perjalanan mereka dihambat cermin-CP (hukum pembalikan ruang). Untuk bisa memasukinya, dia harus mengosongkan rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad. Sebab cermin itu menghantam-gencet jasad dengan gaya nuklirlemah pada pusingan ruang 150.000 km/detik, sehingga tubuh yang dihantamnya mengerut jadi sekecil kaon. Rosul Musa menyebut cermin-CP adalah perjanjian bukit sebagai syarat untuk gelar nabi (ilmuwan penemu). Yang mampu memasukinya akan berjasad samar (dinaungi awan) menjadi hantu (menghantu di pembalikan ruang). Dia dapat muncul di alam kasar dengan ukuran tubuh normal dalam keadaannya kosong. Tubuhnya bisa ditembus-menembus segala benda tanpa cedera, dapat terbang seperti burung dan menerbangkan benda-benda besar dengan mudah, dapat muncul-menghilang atau memunculkan-menghilangkan benda-benda (Albaqoroh 57)
                     Di batas alam lembut (ruang ke-58) perjalanan mereka dihambat dinding tenaga cermin-T (hukum pembalikan waktu). Untuk bisa menembus dinding tenaga itu dengan selamat, harus mampu membuang rasa-jasad (nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi). Sebab tubuhnya akan dihantam-gencet gaya listriklemah pada pusingan ruang 300.000 km/detik, sehingga mengerut jadi sekecil netrino dan masuk alam lembut (alam malaikat). Rosul Musa menyebut cermin-T adalah perjanjian gunung sebagai syarat jabatan rosul (pemimpin akal utusan Akal) yang suci dari segala kekotoran rasa-jasad (bebaskan dari dosa, Albaqoroh 58). Jabatan rosul diberikan bangsa malaikat atas nama Tuhan Alloh (Hukum Akal).
                     Dari alam malaikat ini semua rosul, bangsa malaikat, dan bangsa setan dapat menyaksikan panorama alam Syurga melalui ufuk ruangwaktu yang berlaku sebagai layar televisi, dan dari alam lembut Syurga dapat menyaksikan panorama alam Fana (Annajm 15, Albaqoroh 30). Layar TV itu terbentuk karena kemanunggalan telanjang (naked singularity) seperti dikatakan hipotesis sensor langit Roger Penrose: ‘Bila ufuk peristiwa bergerak dalam kecepatan cahaya, sensor langit akan menutup kemanunggalan dengan segala cara. Tetapi bila ufuk peristiwa bergerak lebih cepat dari cahaya, sensor langit akan lenyap, kemanunggalan jadi terbuka, dan segala peristiwa dapat lepas sehingga terlihat dari alam seberang’. Dalam kenyataannya, cermin-P (hukum keseimbangan rasa-jasad) yang jadi ufuk peristiwa itu menurut rumusan Paul Dirac berpusing 2 mc2.                     
                     Dalam mencari Pencipta itu para rosul tidak berhenti sampai alam malaikat. Mereka terus menembus ruang hingga ke ufuknya (ufuk alam Fana = event horizon = ufuk peristiwa) yang panas suhunya mahadahsyat. Tetapi di ufuk peristiwa itu perjalanan mereka dihambat dinding tenaga cermin-P yang tidak bisa ditembus jasad wujud (lubang yang tak tembus, Annuur 35). Ketika dinding tenaga itu dipukul, terjadi 12 lompatan bundel (quantum leap) zathidup pembawa tenaga-tambahan bersuku-suku (berkelompok-kelompok jenis makhluk)(Albaqoroh 60), dan berlaku sebagai layar komputer mahacanggih.
                     Karena perjalanannya dihambat cermin-P, tidak ada rosul yang bisa masuk ke alam ruh apalagi ke pusat alam atau Sidrotil Muntaha (Pohon Teratai = Rumah Alloh = Hukum Akal = Cermin-CPT) sebagai mesin kerja alam. Karena itu tidak ada rosul yang pernah melihat-bertemu-bicara dengan Alloh (Alloh tidak berkata-kata dengan manusia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibalik tabir, Asy-Syuuro 51). Karena tidak ada rosul yang pernah melihat-bertemu-bicara dengan Alloh, maka mustahil Alloh memerintahkan makhluk melalui para rosul untuk menyembahnya. Taurot-Zabur-Injil-Qur’an juga bukan kitab suci sabda Alloh, tetapi perkataan (karya ilmiah) rosul pembawanya sendiri yang bermoral mulia dan suci dari segala kekotoran rasa-jasad (Alhaaqqoh 40).                    
                     Dari urian tersebut jelaslah. Rosul adalah pemimpin akal tinggi yang tuntas penelitiannya dalam mencari Pencipta. Ajaran semua rosul merupakan hasil apresiasi mereka dari cermin-CPT (pusat alam), lompatan bundel-bundel di cermin-P sebagai layar televisi dan layar komputer mahacanggih, serta dari hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T) yang ditembusnya, dalam bentuk amanat-amanat Alloh (Mu’minuun 8), bukan berupa perintah Alloh. Sedangkan amanat cermin C-CP-T yang ditembus para rosul itu, ditetapkan mereka sebagai kewajiban puasa rasa-jasad bagi manusia.
                     Kedua. Berhala adalah istilah yang digunakan Rosul Ibrohim bagi segala benda-patung sembahan. Dia menghancurkan segala benda-patung yang disembah masyarakatnya. Alasannya, Alloh itu Akal tanpa wujud, sehingga tidak ada yang bisa disembah pada dirinya. Segala makhluk wujud diciptakan dari jasad Alloh, sehingga jasad-benda-patung-ka’bah bukan Alloh apapun bentuk dan nama sebutannya. Sedangkan Rosul Muhammad menyebut berhala itu mayat agar mengandung arti lebih luas, termasuk jasad hidup penolak akal (Albaqoroh 173: definisi kekafiran). Akal adalah katalisator penghidup bahan (rasa), pembangun jasad, dan pemroses perilaku-perbuatan jasad, sehingga yang menolak akal berarti benda mati atau mayat karena menolak penghidupnya sendiri.
                     Ketiga. Bangsa akal adalah zathidup tanpa wujud sebagai katalisator penciptaan. Sedangkan otak bukan akal tetapi jasad yang jadi media akal dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan janji fitrohnya. Tugas bangsa akal adalah menghidupkan bahan, membangun jasad, dan memproses perilaku-perbuatan pilihan jasad yang dibangunnya. Ketika makhluk berniat-hendak berbuat sesuatu, niat itu menumbuk akal di cermin-P dalam ruang hatinya. Bila niatnya dusta-salah-buruk-jahat-takadil, kewjiban akal adalah memberi peringatan kepada otak agar mengurungkan lagi niatnya. Bila peringatannya tidak digubris otak, akal tetap akan memproses rekayasa otak tinggi pilihan niat (hasrat jasad) itu.
                     Tentang bagaimana proses terjadinya akal tanpa wujud, akan dijelaskan pada Albaqoroh 17-20. Albaqoroh 1-5 adalah pembalikan dari Alfatihah 7 yaitu ayat 6, Albaqoroh 6-10 dan 11-15 adalah pembalikan Alfatihah 6 yaitu ayat 7. Sedangkan Albaqoroh ayat 1-15 adalah penjelasan dari Alfatihah 5 atau bangsa rasa, dan Albaqoroh 16-20 adalah bayangan cermin bangsa akal sebagai simpulan dari Alfatihah 1-15.
                    Keempat. Albaqoroh 136 menyatakan ajaran semua rosul dan nabi adalah sama, karena ajaran mereka diambil dari pusat alam (cermin-CPT), lompatan bundel-bundel di cermin-P, dan aturan hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T) yang ditembusnya dalam bentuk amanat-amanat Alloh. Sedangkan Albaqoroh 137 menyatakan, kalau berpaling dari petunjuk para rosul dan nabi tersebut, manusia akan bermusuh-musuhan.
                     Kenyataannya, permusuhan di antara agama-agama dan aliran-aliran agama itu terjadi karena aturan-uu-hukum dan tatacara ritual penyembahannya berlainan. Karena tidak pernah melakukan penelitian terhadap hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam, yang dianut mereka bukan hukum Alloh, tetapi hukum ego para pemimpin agama dan aliran agama masing-masing, sehingga Tuhan penganut agama-agama dan aliran-aliran agama ialah pemimpin agamanya masing-masing (mayat = jasad penolak akal).
                     Soalnya aturan-hukum Alloh itu berlaku pada seluruh alam, termasuk pada alam Fana (ruangwaktu) yang luasnya bergaristengah 30 miliar tahun cahaya (1 detik cahaya = 300.000 km/detik), sehingga Bumi yang garistengahnya hanya 12.000 km, tidak lebih dari satu butir debu alam Fana; dan  yang selalu ribut bertengkar-bermusuhan saling fitnah-bunuh karena perbedaan aturan-hukum yang dianutnya justru hanya manusia penghuni satu butir debunya alam Fana. Apa itu bukan perilaku aneh dan sangat tidak masuk akal?.

                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar