Jumat, 05 November 2010

ALQUR'AN DIKUPAS SECARA ILMIAH

ALQUR’AN DIKUPAS SECARA ILMIAH
Tafsir 1c.
Albaqoroh 11-15
Komponen Ilmu dari Dimensi Akal

Ayat 11. Sebagian di antara para politisi bukan penganut agama, tetapi mereka kaum liberal (bebas tanpa batasan). Merekalah yang membangun kebenaran politik (kesepakatan ego kuat) untuk meraih kepuasan pamrih-ambisi jasadnya. Kebenaran ini muncul di kalangan pemimpin yang punya kedudukan-kekuasaan. Mereka menganggap alam jadi dengan sendirinya, dan setelah mati tidak ada apa-apa lagi. Karena itu kerja mereka aji mumpung, mengejar kekuasaan-kekayaan dengan menghalalkan cara. Sebagiannya menganggap diri Tuhan dengan sikap otoriter-diktator untuk menindas rakyatnya, agar  nunut-patuh kepada dirinya.  
                     Bila dikatakan kepada mereka: “Dengan memegang kebenaran politik menghalalkan cara berarti kamu membuat kerusakan di muka Bumi”. Tetapi mereka menjawab: “Kamu sok tahu. Politik adalah cara menyelenggarakan dan mengatur pemerintahan negara, sehingga dengan berpolitik, sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Sebab kalau politik itu tidak benar, mustahil dianut semua negara”.
Ayat 12. Beri peringatan olehmu penganut kebenaran akal. Politik itu tipudaya kaum liberal pengejar kekuasaan-kekayaan dengan korupsi-kolusi-nepotisme di kalangan pemimpin untuk kepentingan diri dan kelompoknya dengan membodohi rakyat. Karena itu sesungguhnya mereka (para elit politik) adalah orang-orang munafik yang membuat kerusakan tatanan peradaban. Mereka menggunakan kesejahteraan rakyat sebagai kamuflase politik dalam kampanye agar dipilih lagi jadi pemimpin. Tetapi mereka tidak menyadari kamuflase politik justru memperpanjang kemelaratan rakyat yang memilihnya.
Ayat 13. Sebab sesungguhnya kampanye kesejahteraan rakyat adalah senjata paling ampuh dalam meraih ambisinya, sehingga kemiskinan rakyat itu sengaja diternak mereka.  Karena itu bila dikatakan kaum moralis kepada mereka: “Beriman kamu kepada Akal sebagaimana orang-orang lain telah beriman”. Mereka menjawab: “Bagaimana mungkin kami akan beriman sebagaimana para agamawan (orang-orang bodoh) itu beriman?.
                     Beri mereka peringatan. Para agamawan itu bukan orang-orang beriman, karena menolak kebenaran akal seperti mereka sendiri. Sesungguhnya mereka (kaum agamawan dan politisi) itu adalah orang-orang bodoh karena hanya menggunakan otak dengan menolak akal. Padahal Alloh adalah Akal yang tidak bisa menerima kebenaran agama-politik yang tidak masuk akal dan tidak adil, tetapi mereka tidak tahu, karena tidak pernah melakukan penelitian terhadap kebenaran hukum-hukum yang dianutnya.
Ayat 14. Dari latarbelakang, gejala-tampak, dan data ilmu tersebut diperoleh simpulan berikut. Dengan menyatakan para agamawan sebagai orang-orang bodoh, sebenarnya mereka tahu keimanan yang benar adalah keimanan penganut kebenaran akal. Itu dibuktikan oleh sikapnya ketika mereka berjumpa dengan para ilmuwan (orang-orang beriman), mereka mengatakan: “Dalam berpolitik kami juga selalu berpikir menggunakan akal (maksudnya otak), sehingga kami telah beriman seperti kamu”.
                    Maksud pengakuan itu adalah agar dalam meraih ambisinya mereka mendapat dukungan dari golongan ilmuwan. Sebab ketika mereka telah kembali kepada setan-setan (para pemimpin parpol) mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu. Pengakuan kami terhadap para ilmuwan itu hanya berolok-olok (akal-akalan), agar mereka mau mendukung kami dalam pemilu nanti”.
Ayat 15. Alloh itu Akal tanpa wujud yang tidak mungkin berolok-olok, karena sejak awal penciptaan Dia telah melepaskan kekuasaannya kepada Tuhan (Hukum), sehingga tidak mencampuri lagi urusan makhluk. Sedangkan yang suka berolok-olok adalah otak tinggi yang jadi media wujud akal. Jadi yang akan mengolok-olok mereka adalah otaknya sendiri, dan membiarkan mereka terombang-ambing tipudaya (akal-akalan) otak mereka sendiri dalam kesesatan.

Tanggapan Rahmat, Antapani, Bandung, Jawa Barat

Rahmat: “Pertama. Pada tafsir Alfatihah 1-7 dan Albaqoroh 1-5, Anda menafsirkan kata isteri dalam Annisaa 1 adalah pasangan Alloh, yaitu makhluk (alam dan seluruh isinya). Tetapi ketika Annisaa 1 saya buka, para ulama menafsirkan isteri di situ adalah Hawa isteri Adam yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dari situ ulama menafsirkan Adam sebagai manusia pertama, dan seluruh manusia Bumi adalah anak cucu Adam hasil perkawinan di antara anak-anaknya sendiri. Bagaimana cara Anda menjelaskannya?.
               Kedua. Dalam menafsirkan Albaqoroh, Anda menggunakan sebutan tafsir 1a, 1b, 1c, apa ada alasannya?.
               Ketiga. Dari penjelasan Anda tentang kesalahan perjalanan antariksa Einstein disebutkan. Ufuk peristiwa (event horizon) yang didatangi Rosul Muhammad hampir tiap malam dalam menyusun ayat-ayat Qur’an itu berjarak 150 juta tahun cahaya dari Bumi. Dari mana Anda menghitungnya?.
               Keempat. Ketika saya mengkaji tafsiran Anda ayat 1-15, nampaknya bersangkutan dengan 3-kebenaran dalam The Theory of Truth (Teori Tentang Kebenaran) yang dianut manusia Bumi. Ayat 1-5 adalah penganut kebenaran korespondensi, ayat 6-10 penganut kebenaran pragmatis agama, yaitu praktek ritual penyembahan yang memuaskan perasaan, dan ayat 11-15 adalah penganut kebenaran konsistensi, yaitu kesepakatan ego yang memuaskan jasad. Sebab pada tafsir 06-10 Anda menyatakan, ayat 16-20 adalah alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Apa pendapat saya benar?.

Jawaban

Sandie: “Pertama. Yang Anda tanyakan berhubungan dengan tafsir hadits Buchori-Muslim. Tetapi Nabi Muhammad sendiri menyuruh menghapus hadist dengan ancaman neraka. Alasannya, hadits bukan penjabaran Nabi Muhammad dari Qur’an atas petunjuk Alloh langsung, melainkan penjabaran para ahli kitab (ulama-politisi Arab-Yahudi) karena meyakini Qur’an kitab suci sabda Alloh. Padahal pada Alhaaqqoh 40-42 Nabi Muhammad sendiri sudah memberitahu bahwa Qur’an itu perkataan (karya ilmiah) rosul yang mulia, bukan syair perkataan penyair melainkan puisi alam (ilmu), dan bukan jangjawokan (perkataan) tukang sihir, melainkan petunjuk akar ilmu penciptaan atau kosmologi (ilmu asal kejadian segala sesuatu).
                     Dari rumusan sunnah Muhammad diketahui, 3-surat Albaqoroh (hukum), Ali Imron (bangsa akal, lelaki), dan Annisaa (rasa, perempuan) adalah penjelasan watak tiga ganjil yang bersih mengisi ruang (ruang bayangan cermin tanpa ujud alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa). Dari uraian terdahulu sudah diketahui, berlangsungnya penciptaan makhluk wujud dimulai ketika zathidup pembawa tenaga-tambahan yang mengalir dari pusat alam (cermin-CPT) menumbuk bahan di Annisaa (alam rasa). Itu berarti, Annisaa dimulai di awal penciptaan isteri Alloh (pasangan Alloh = alam ruh-syurga-fana) dari bahan yang diciptakan dari jasad Alloh sendiri karena tidak ada bahan, bukan waktu penciptaan manusia (otak tinggi) yang hadir paling belakangan dari makhluk lain.
                     Artinya, tafsir hadits Buchori-Muslim itu dongeng bohong buatan penganut agama-politik yang mempercayai Qur’an kitab suci sabda Alloh dan tidak boleh diakalkan, karena Alloh punya jasad wujud (Muhammad Abduh dalam Risalah Tauhid menyatakan: Alloh duduk bersila di Sidrotil Muntaha, punya dua tangan. Tetapi entah bagaimana wajahnya).
                    Selanjutnya, kalau semua manusia turunan langsung Adam-Hawa sebagai manusia pertama yang turun 50.000 tahun silam, maka jumlah manusia Bumi sekarang paling banyak juga baru jutaan bukan miliaran, dan mustahil warna kulitnya beraneka-ragam, ada yang hitam-merah-kuning-putih-coklat. Tafsir ulama itu diambil dari Albaqoroh 30 yang menyatakan, Tuhan (Hukum) akan mengangkat manusia jadi pemimpin (kholifah) bukan jadi manusia pertama di Bumi. Selain itu, kalau Adam manusia pertama, maka perkawinan di antara anak-anaknya sendiri melanggar aturan Tuhan Alloh (Hukum Akal) dan bertentangan dengan berita Annisaa 22-23 yang menyatakan: ‘Jangan kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau (sebelum kholifah turun ke Bumi)...’. Artinya, sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi, di Bumi telah hadir manusia (orang Neanderthal) yang hidup berkelompok-kelompok di berbagai benua dengan warna kulit masing-masing, dan yang harus dibina moralnya oleh Adam-Hawa.
                     Ceritanya begini. Sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi, melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity), bangsa malaikat dari alam lembut Syurga dapat menyaksikan Orang Neanderthal yang hidup berkelompok-kelompok membangun kekuasaan untuk jadi pemimpin (diartikan penguasa). Para pemimpinnya saling jegal-fitnah-bunuh dalam berebut kekuasaan itu seperti disebutkan Albaqoroh 30, sehingga bangsa malaikat menilai Tuhan (Hukum) akan mengangkat manusia jadi pemimpin di alam Fana (muka Bumi). Penilaian diperkuat oleh kenyataan, Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain, mereka berperang untuk memperbesar kekuasaan, dan yang kalah menyembah pemenangnya agar dikasihani-diampuni.
                     Ketika Adam-Hawa berhasil menjawab tantangan bangsa malaikat menembus dimensi-dimensi ruang halus-lembut Syurga (Albaqoroh 33), mereka mengamati kehidupan Orang Neanderthal itu lebih seksama. Dalam memperbesar kekuasaan, yang kalah menyerahkan para isterinya kepada yang menang. Sama seperti dalam perebutan kekuasaan di kelompoknya sendiri. Pemimpin kelompok itu adalah penguasa. Dia dapat mengambil isteri menurut seleranya sendiri, termasuk anak gadis kandungnya. Ketika Bapaknya meninggal, anak lelakinya yang menduduki kekuasaan mengambil semua isteri Bapaknya, termasuk ibu dan saudara kandungnya sendiri jadi isterinya. Itulah awal kehidupan politik orang Neanderthal yang berlangsung hingga sekarang.
                     Tetapi dalam perjalanan hidupnya mereka tidak bisa mengatasi bencana badai-guntur-gempa-banjir-longsor-gunung meletus. Karena itu mereka semua termasuk sebagian pemimpinnya serah bongkokan jadi taklukan Penguasa goib tak terlawan itu. Karena goib (tidak diketahui wujudnya), mereka menciptakan benda-patung penguasa goib itu untuk disembah agar dikasihani-diampuni-diselamatkan. Itulah awal kehidupan agama yang berlangsung hingga sekarang. Dua kepercayaan inilah yang harus dibina moralnya oleh Adam-Hawa dan para rosul setelahnya.

               Kedua. Penentuan menggunakan angka 1a, 1b, 1c dalam menafsirkan Albaqoroh bukan aturan khusus, melainkan hanya untuk mempermudah menemukan komponen-komponen simetri qisos dalam setiap dimensi. 1a adalah komponen akal, 1b komponen pengetahuan, 1c komponen ilmu, 1d komponen pemimpin, dan 1e komponen hukum, sehingga tiap dimensi nantinya terdiri dari 5 komponen. Ketika mulai dimensi pengetahuan, saya akan menggunakan 2a-2e, dan seterusnya.

               Ketiga. Tahun 1976, astronom wania bernama Vera Rubin menemukan dua jalur yang berlawanan. Jalur dingin adalah pengembangan alamraya, dan jalur panas adalah tenaga seretan yang mengerutkan alamraya. Tetapi para astronom dunia menyatakan, temuan Vera Rubin itu mustahil dan gila, karena jalur panas itu menyeret galaksi-galaksi ke arah yang tidak penting samasekali, yaitu ke satu titik ruang kosong di luar rasi bintang Hydra dan Centaurus di langit selatan.
                     Meskipun begitu para astronom di seluruh dunia melakukan penelitian atas temuan itu. Tahun 1986 mereka semua menyatakan temuan Vera Rubin ternyata benar. Bahkan astronom Sandra Feber dan Alan Dessler dari California berhasil menghitung jaraknya, yaitu 300 juta tahun cahaya, dan melakukan seretnan terhadap ribuan galaksi dalam kecepatan 621 km/detik, sehingga mereka menyebutnya Sang Penyeret Besar (The Great Attractor), termasuk menyeret pasangan galaksi kita Bima Sakti dan Andromeda, yang bergerak saling mendekati dalam kecepatan 21 km/detik.  Kemudian astronom Chandrasekar memperbaiki jaraknya dari 300 juta tahun cahaya jadi hanya 150 juta tahun cahaya.
                     Titik di ruang kosong itu adalah alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi, yaitu tempat akhir perjalanan para rosul ke ufuk ruang dalam mencari Pencipta.
               Keempat. Saya gembira karena ternyata Anda bukan hanya membaca tetapi sekaligus mengkaji. Berkaitan dengan Sang Penyeret Besar, sesungguhnyalah pendapat Anda memang benar. Ayat-ayat itu dirumuskan Nabi Muhammad dalam persamaan gelombang nisbi (relativistic wave equation) Paul Dirac, yaitu kaaf-haa-yaa-ain shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas). Rumus itu menyatakan, peralihan 3-dimensi ruang kasar (ayat 11-16), ruang halus (ayat 6-10), dan ruang lembut (ayat 1-5), menghasilkan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi Alfatihah 1-7 (hukum-akal-rasa). Tetapi pada Albaqoroh keadaannya terbalik, yaitu: peralihan 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar (ayat 1-15) menghasilkan 1 ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum.
                   Persamaan gelombang nisbi Dirac itu dirumuskan Nabi Muhammad dalam upacara haji membangun umroh. Peralihan 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut (Arofah-Muzdalifah-Mina), membangun 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi Alfatihah 1-3 (tawaf = hukum), tugas bangsa akal (ayat 4, sa’i), dan kewajiban rasa (ayat 5-7)”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar