Senin, 22 November 2010

Tafsir Qur'an Dengan Disiplin Ilmu

Oleh : Sandie

Al-Baqoroh 28-32

Tafsir 2a. Komponen Akal dari Dimensi Pengetahuan
Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh yang pengasih-penyayang

Ayat 28. Alloh adalah Akal dan Tuhan Alloh adalah Hukum Akal. Karena itu Muhammad bertanya kepada manusia penganut kebenaran agama dan politik penolak kebenaran akal: ‘Mengapa kamu penganut agama penyembah mayat untuk menghapus dosa yang memuaskan rasa dan penganut politik melakukan tipudaya kesepakatan yang memuaskan jasad, sehingga jadi kafir dan munafik kepada Akal? Padahal menurut pengetahuan kamu sendiri, tadinya kamu mati, lalu Alloh melalui bangsa akal yang diciptakan sebagai katalisator menghidupkan kamu, membangun jasad kamu, dan memproses perilaku-perbuatan kamu atas pilihan hasrat rasa-jasadmu sendiri.
Karena memakan makanan-minuman dan perbuatan yang merusak jasad, kemudian kamu dimatikan oleh racun-penyakit dari makanan-minuman dan langkah perbuatan kamu sendiri. Tetapi pada seretan kiamat jasad kamu yang mati menumbuk cermin-P, sehingga akal yang jadi roh (katalisator) kamu bersatu lagi dengan jasadmu (Takwir 7), dan jasad kamu dihidupkan-dibangun kembali olehnya. Kemudian pada akhir kiamat kamu akan dikembalikan kepada Hukum Akal (cermin-CPT) sebagai pemutus perkara.
Ayat 29. Melalui bangsa akal sebagai katalisator itulah Dia (Alloh) menciptakan (menjadikan) segala benda-peristiwa yang ada di alam wujud (Bumi) untuk dimanfaatkan oleh kamu makhluk otak tinggi. Dimulai dengan merencanakan (berkehendak) penciptaan ruang (langit) sebagai wadah bagi segala benda-peristiwa pengisinya, dengan menggunakan rumus persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas), berlangsunglah proses evolusi penciptaan 3-dimensi ruang semesta, yaitu 3-dimensi ruang Fana (alif-laam-roo), 3-dimensi ruang Syurga (alif-laam-shood), dan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi (alif-laam-miim).
Dengan demikian dalam penciptaan itu terbentuk tujuh dimensi ruang (langit), yaitu 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar Fana (P1), 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar Syurga (P2), dan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa (P3) seperti rumusan aksioma kedua ruang Haussdorff. Karena rencana penciptaan dilakukan dengan rumus persamaan matematika dan berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung, tentu saja Dia mengetahui segala sesuatu yang diciptakannya.
Ayat 30. Ini adalah peringatan utama bagi manusia (ingat). Peringatan dimulai ketika bangsa malaikat di alam lembut Syurga mengamati kehidupan orang Neanderthal (manusia) di muka Bumi melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity) seperti rumusan sensor langit Roger Penrose. Mereka menyaksikan orang Neanderthal hidup berkelompok-kelompok di tiap benua Bumi membangun kekuasaan diri. Kekuasaan diperebutkan para anggota kelompoknya dengan menghalalkan segala cara, saling jegal-fitnah-bunuh. Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain terjadi peperangan, yang kalah jadi taklukan menyembah dan memberi upeti kepada yang menang.
Dari hasil pengamatan itu diperoleh simpulan. Ternyata Tuhan (Hukum) kamu semua makhluk otak tinggi telah mengamanatkan putusan kepada bangsa malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia sebagai kholifah di muka Bumi (alam Fana)’. Amanat hasil tangkapan bangsa malaikat itu telah memunculkan protes di lingkungan mereka kepada Hukum (Tuhan): ‘Wahai Tuhan kami! Mengapa Engkau hendak menjadikan pemimpin di muka Bumi (alam Fana) itu justru makhluk yang suka membuat kerusakan padanya dan selalu menumpahkan darah? Bukankah menurut watak Engkau, pemimpin itu seharusnya kaum moralis seperti kami yang selalu bertasbih memuji watak pengasih-penyayang Engkau dan menyucikan Engkau dari ketidakadilan, bukan yang berwatak biadab seperti manusia?’.
Tuhan (Hukum) mengilhamkan jawaban: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui yang tersembunyi dibalik kebiadaban manusia itu, tetapi kamu tidak mengetahui. Karena itu jika kamu bangsa malaikat ingin tahu kelebihan yang tersembunyi pada manusia, kamu harus menantang mereka untuk melakukan pertandingan ilmu. Dengan demikian kepemimpinan akan ditentukan oleh keunggulan ilmu, bukan oleh hukum agama dan politik. Bukankah di Syurga ini juga ada bangsa manusia yang disebut Adam dan Hawa?”.
Ayat 31. Karena Adam itu punya otak tinggi, Dia (Hukum Akal = Tuhan Alloh) telah mengajarkan (mengajar melalui alam peragaan) kepada Adam untuk memberi nama-nama seluruh benda yang dilihatnya di alam Syurga. Cara Adam mempelajari alam dan memberi nama-nama benda alam itu dapat disaksikan bangsa malaikat sendiri melalui peragaan gerak-geriknya kepada Hawa yang mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian Hukum mengemukakan permintaan kepada para malaikat dalam bentuk ilham: ‘Sekarang sebutkan kepadaku nama benda-benda yang diceritakan Adam kepada Hawa itu jika kamu memang orang-orang yang bisa menilai dengan benar’.
Ayat 32. Mereka semua bangsa malaikat menggelengkan kepala dan mengemukakan jawaban: ‘Mahasuci engkau dari sifat ketidakadilan. Kami tidak tahu apa yang diceritakan Adam kepada Hawa tentang semua benda yang ditunjuknya, dan disetujui Hawa dengan anggukkan kepalanya. Tidak ada yang kami ketahui tentang pengetahuan Adam itu selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, yaitu gerak-gerak Adam dan Hawa dalam memberi nama-nama seluruh benda. Sesungguhnya engkau mengetahui segala sesuatu dan bijaksana dalam membuat putusan’.

Tanggapan

Ma’mun: “Pertama. Pada surat Alfatihah ada pertanyan terlewat dan tidak ditanyakan anggota kelompok diskusi yang lain. Para ulama agama Islam menyatakan, surat Albaroah atau oleh para ulama agama Islam disebut juga Attaubah, tidak diawali bismillah tanpa memberi alasan ilmunya. Tetapi kalau bismillah itu moral, mestinya setiap surat Qur’an mutlak harus memiliki bismillah. Bagaimana alasan Anda?
Kedua. Pada Albaqoroh dan tafsir 2a (Albaqoroh 29) Anda menyebutkan ledakan besar supernova di awal penciptaan menghasilkan aksioma kedua ruang Haussdorff, yaitu: alam syurga (P2, alif-laam-shood), alam fana (P1, alif-laam-roo), dan alam ruh (P3, alif-laam-miim). Pada tafsir 1a (albaqoroh 01-05) Anda menyatakan, akibat seretan kiamat mengubah alam syurga jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana jadi alif-laam-miim-roo. Artinya, baik alam syurga maupun alam fana sama-sama masuk kembali ke lubang bekas meloncatnya di alam ruh. Bagaimana Anda menjelaskannya?”..

Anda T.S.: Pertama. Pada tafsir 1b (Albaqoroh 10) Anda menyatakan, Tuhan Alloh adalah hukum qisos (hukum pembalasan seimbang), dan para ulama agama Islam menyatakan hukum qisos adalah hukum mati bagi pembunuh. Ketika saya buka Albaqoroh 178 ditemukan kejanggalan, yang jika mengikuti tafsir ulama, hukum akan menjadi kacau. Bukankah tafsir ulama itu sama dengan mengkhayalkan ucapan Adam kepada Hawa melalui gerak-geriknya (Albaqoroh 32)? Padahal bangsa malaikat sendiri tidak berani mengkhayalkan kata-kata Adam. Sebab jika orang merdeka membunuh sahaya atau seorang suami membunuh perempuan, maka yang akan mendapat hukuman bukan pembunuhnya, tetapi sahaya dari orang merdeka dan isteri dari si suami pembunuh. Karena itu saya minta Anda menjelaskan maksud ayat tersebut.
Kedua. Dari penjelasan Anda tentang layar TV di ufuk peristiwa yang terlihat dari ruang lembut syurga (Albaqoroh 30) dan dari ruang lembut fana (Annajm 15), saya menangkap geometri alam semesta adalah ruang bundar dan alamfana adalah ruang lonjong. dilihat dari angka ayatnya: Albaqoroh ayat 30 menunjukkan ruang bundar dan Annajm ayat 15 menunjukkan ruang lonjong. Bagaimana menurut pendapat Anda?”.

Rahmat: “Pertama. Pada tafsir 1c dijelaskan. Ruang bayangan cermin dari Albaqoroh 1-15 bukan hanya Albaqoroh 16-20 (rasa dan akal) tetapi juga Albaqoroh 21-27 (hukum). Bagaimana Anda menjelaskannya?.
Kedua. Dari tafsir 1e saya baru mengerti mengapa misi semua rosul selalu gagal dan mendapat perlawanan dari masyarakat. Sebab semua rosul tampil di lingkungan masyarakat agamis yang para pemimpinnya menganut kebenaran politik (hukum kesepakatan). Dengan berpegang pada rumusan The Theory of Truth, dalam memberi peringatan nampaknya semua rosul menyatakan agamawan-politisi bukan orang-orang beriman meski mulut mereka tidak pernah berhenti menyanjung-puja Alloh, tetapi orang-orang kafir dan munafik, sehingga mereka menggerakkan massa pengikutnya untuk memusuhi rosul. Apa pendapat saya tidak salah?



Jawaban

Sandie: “Jawaban untuk Ma’mun. Pertama. Albaroah artinya kebebasan, menceritakan bahwa Alloh melalui Tuhan Alloh (Hukum Akal atau gaya nuklirkuat) membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya. Kalau ulama mengubah Albaroah jadi Attaubah, itu menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai Alloh membebaskan makhluk menentukan nasib sendiri. Sebab menurut keyakinan mereka, Alloh menentukan segalanya. Padahal landasan Albaroah adalah gaya nuklirkuat. Yang memberi kebebasan makhluk adalah moral pengasih-penyayang Alloh. Karena itu di awal Albaroah mutlak harus dicantumkan bismillaahir rohmaanir rohim. Kalau dinyatakan tidak ada, pasti penyusun pertama Qur’an yang jadi acuan ulama itu kelupaan. Atau bisa jadi juga, penyusunnya (ulama awal) sengaja menghapus untuk menyesatkan keimanan.
Kedua. Gaya nuklirkuat membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri. Bertolak dari ayat yang menyatakan, ketika dua pasukan bertemu, pasukan kafir melihat seolah kekuatan pasukan mu’min itu dua kali lipat jumlahnya. Yang diungkapkan ayat itu adalah proses kiamat. Alam semesta terdiri dari 3-dimensi ruang, yaitu alam ruh (1/3), alam syurga (1/3), dan alam fana (1/3). Pasukan kafir adalah alam fana, sedangkan di alam baka ada dua alam: alam ruh dan alam syurga (= 2/3). Ketika alamfana diseret pada hari kiamat, kekuatan 2-didalam menarik kekuatan 1-diluar. Perlawanan alamfana menyeret pertahanan alam syurga, sehingga dua alam wujud itu masuk kembali ke lubang bekas meloncatnya masing-masing di alam ruh (alif-alaam-miim). Maka alam syurga jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana jadi alif-laam-miim-roo.

Jawaban untuk Anda T.S. Pertama. Kita cantumkan dulu ayatnya: ‘Hai orang-orang beriman! Diwajibkan atasmu qisos berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, sahaya dengan sahaya, dan wanita dengan wanita. Siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah membayar kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik. Demikian itu suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Siapa yang melampaui batas sesudah itu, baginya siksa yang amat pedih’.
Hukum qisos adalah hukum pasangan saling mengekalkan atau hukum pembalasan seimbang. Pembunuhan hanya contoh kasus. Karena saling mengekalkan, hukuman yang diterapkan bukan hukum mati bagi pembunuh, tetapi menyeimbangkan hukuman dengan usia si korban, acuannya usia rata-rata manusia. Misalkan usia rata-rata manusia 100 tahun. Bila yang dibunuh berusia 40 tahun, maka si pembunuh harus dihukum kurungan 100 - 40 = 60 tahun. Karena dikurung (dipenjara) sama dengan lenyap dari peredaran selama sisa usia yang belum dijalani si korban.
Ayat selanjutnya menceritakan keringanan atau pembebasan hukuman sebagai berkah (rohmat) dari Tuhan (Hukum). Kalau si pembunuh ingin mendapat keringanan atau bebas dari hukuman, dia harus minta persetujuan dari keluarga (saudara) si korban. Pemberian maaf harus ditukar dengan membayar ganti nyawa kepada keluarga si korban. Perhitungannya didasarkan pada penghasilan (kalau bekerja) atau pengeluaran si korban. Pengeluaran perhari orang merdeka beda dari sahaya, pengeluaran lelaki beda dari perempuan. Bila pengeluaran perhari si korban Rp. 10.000, jika si pembunuh menyerahkan uang ganti nyawa Rp. 36.500.000,- maka dia mendapat keringanan 10 tahun. Jika ingin bebas dari kurungan, maka si pembunuh harus membayar 365 x 60 x 10.000. Uang ganti nyawa ini harus diberikan kepada keluarga (saudara) si korban.
Kedua. Jawaban Anda memang benar. Sebab pada hal-hal yang prinsip, angka ayat-ayat Qur’an selalu berkaitan dengan landasan ilmunya. Contoh, Alisroo 78 menjelaskan dimensi ruang ke 78 atau alam rasa di langit ke tujuh dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Karena itu Albaqoroh 30 merupakan ruang antipode dari Annajm 15. Dengan demikian, alam fana (15) adalah ruang lonjong yang berpasangan dengan alam syurga, sehingga menjadi ruang bundar (30).

Jawaban untuk Rahmat. Pertama. Semua benda (termasuk jasad manusia) memiliki ruang yang dibangun hukum (cermin C-CP-T-P) ke dalam dimensi-dimensi. Hati adalah ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Tetapi tiga dimensi ruang itu permukaannya dari qoof (cermin-P) hingga kaaf (cermin-C) diisi oleh rasa (daging hati). Dibalik kaaf dalam bentuk ruang kosongnya diisi oleh bangsa akal sebagai katalisator hingga Haa (cermin-T). Sedangkan cermin-CPT (Hukum Akal) adalah yaa sebagai pembalikan dari ruang akal, sehingga berada diluar alam rasa-akal (hati dan ruangnya). Artinya, alam Alloh itu dinding tenaga di balik atau di luar alam makhluk (bangsa akal dan rasa). Karena itu Albaqoroh 21-27 di luar Albaqoroh 17-20.
Ketika makhluk berniat melakukan sesuatu, niat itu menumbuk dinding hati (cermin-P). Bila niatnya dusta-buruk-salah-jahat-takadil, akal memantulkan peringatan agar mengurungkan niat itu. Tetapi bila peringatannya tidak digubris, akal tetap memproses niat tersebut sesuai dengan yang dihasrati rasa-jasad. Bila niat itu sudah tidak mampu menumbuk dinding hati, akal tidak akan memproses, yang menyatakan rasa-jasad itu sudah mati (jasad makhluk itu sudah mati rasa). Selama rasa jasadnya masih mampu menumbuk akal, akalnya akan tetap memproses niat jasad sesuai dengan janji fitrohnya (Alisroo 78). Artinya, anggapan semua agamawan yang menyatakan Alloh menghidupkan dan mematikan adalah tidak benar. Kematian dan nasib akhir makhluk ditentukan oleh pilihan langkah makhluk sendiri.
Rosul Muhammad menyusun Qur’an dalam pola qisos (pasangan saling mengekalkan) antara kholik dan makhluk, antara akal dan rasa, lelaki dan perempuan, bumi dan langit, siang dan malam, dan seterusnya. Semua pasangan itu memiliki sifat berlawanan. Artinya, kalau Alloh pengasih-penyayang-penyantun-pengampun-bijaksana, maka yang peminta-pembenci-pemurka-pengutuk-pengazab adalah pasangannya. Kalau Alloh yang menghidupkan, mustahil akan mematikan lagi yang dihidupkannya. Kalau Alloh menciptakan syurga (alam kebahagiaan), mustahil akan menciptakan neraka (alam penyiksaan). Dengan kata lain, mustahil Alloh akan memiliki segala watak buruk. Sebab sejak awal penciptaan, Alloh telah membuang rasa-jasadnya dan telah menyerahkan kekuasaan atas alam ciptaannya kepada Tuhan (Hukum), sehingga dia tidak ikut campur lagi urusan makhluk.
Kalau pada Yunus 100 dikatakan, Alloh menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak menggunakan akalnya, kemurkaan itu bukan dilakukan Alloh, tetapi ditimpakan dirinya sendiri karena tidak mau menggunakan akal, sehingga daya pikirnya jadi setingkat keledai dungu.
Kedua. Pendapat Anda benar. Contohnya Rosul Muhammad tampil dilingkungan masyarakat agamis Mekah penyembah Ka’bah. Para pemimpin suku-sukunya menganut kebenaran politik. Dalam hadits, Rosul Muhammad dimusuhi masyarakat tanpa alasan yang jelas. Mereka menyatakan ketika Rosul sedang melakukan ritual sholat di Masjid Harom, tubuhnya dilumuri kotoran, tetapi karena khusunya sholat, rosul tidak merasakan. Padahal dengan merumuskan The Theory of Truth di awal Albaqoroh, mustahil Rosul Muhammad akan melakukan ritual menyembah Ka’bah, karena dia sendiri menyatakan penyembahan terhadap ka’bah itu perbuatan kafir menyembah mayat (Albaqoroh 173).
Artinya, kalau Rosul Muhammad dimusuhi semua pemimpin suku di Mekah, alasannya pasti karena dia menyatakan kepercayaan agama menyembah Ka’bah itu bukan beriman tetapi kafir dan penganutan kebenaran politik para pemimpin suku adalah munafik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar